Halo, teman-teman! Kemarin (09/12/18) saya beserta teman-teman Local Guides Jakarta, Bogor, dan Bekasi berkumpul di Bogor untuk melaksanakan meet-up Bogor Hidden Trail #1 : Exploring Pulo Geulis. Dari pagi-pagi sekali saya sudah standby di Stasiun Bogor untuk menjemput teman-teman dari Jakarta dan Bekasi. Menunggu kali ini tidak terasa membosankan karena satu persatu teman datang dan kita mengobrol banyak hal, sekaligus mencoba kudapan dari beberapa teman yang hadir. Saya sendiri membawa sekotak lapis talas khas Bogor sebagai welcome snack untuk teman-teman ?
Sekitar pukul 09.15, kami memulai perjalanan. Masih didalam stasiun, saya menjelaskan sedikit tentang rute yang akan kita lalui. Sekitar 10 menit penjelasan dan berfoto, kami langsung bergegas ke titik-titik menuju Pulo Geulis sembari berjalan kaki. Sepanjang perjalanan, kami banyak disuguhi pemandangan bangunan-bangunan kolonial yang menarik. Kami menyempatkan diri mampir ke Plaza Kapten Muslihat lalu ke Balaikota Bogor. Disana sudah ada Pak @RiverDefender, Mas @ndraverne, dan @Nadyna29 dari Bogor Local Guides. Kami berkeliling, berfoto, dsb. (Terima kasih Dyna untuk complementary drink-nya dan Bu @Ddimitra untuk foto 360 derajat yang luar biasa!)
Sepanjang pemberhentian, saya mengajak teman-teman untuk selalu check-in lokasi mereka di timeline Google Maps dan berkontribusi. Hampir semua peserta terlihat semangat mendokumentasikan apa saja yang relevan untuk lokasi tersebut, karena kami melewati jalanan protokol Bogor yang banyak menyimpan sejarah seperti Jl.Kapten Muslihat, Jl. Ir.H.Juanda, dst.
Kami pun sampai di meeting point berikutnya, yaitu gerbang Kampung Padasuka, samping jembatan Otista. Sedikit area Pulo Geulis sudah terlihat dari jembatan. Bersama Mas @johanesjenito yang telah menunggu kami di ujung jalan, kami pun segera menyusuri perkampungan menuju Pulo Geulis.Jembatan baja sudah terbentang dihadapan kami. Arus sungai Ciliwung pagi itu cukup deras. Namun konstruksi jembatan cukup kuat sehingga kami tidak ragu melewatinya. Setibanya di Pulo Geulis, kami disambut dengan aneka mural dan ilustrasi di dinding-dinding antar gang sempit. Kami menikmati suguhan ini sembari berjalan menuju Klenteng Pan Kho.
Berbagai mural yang menghiasi dinding-dinding jalan utama kampung ini menceritakan banyak hal. Siapa sangka, daratan “pulau” seluas ± 2 hektar ini merupakan salah satu lokasi penting dari kerajaan Pajajaran, ekspedisi Tionghoa, hingga ekspedisi Belanda.
Sekitar pukul 10.30, kami pun tiba di landmark kampung ini, Klenteng Pan Kho Pulo Geulis. Klenteng ini merupakan klenteng tertua di Bogor. Klenteng ini menjadi jujugan utama setiap Cap Go Meh, dimana barongsai dan para pementas terlebih dahulu mengunjungi tempat ini sebelum memulai arak-arak.
Konon, sejak Belanda menemukan pulau ini pada 1703, sudah terdapat masyarakat Sunda dan Tionghoa yang mendiami pulau ini dan terdapat klenteng ini sebagai tempat peribadatan. Hingga kini, klenteng ini masih menjadi tempat peribadatan bagi beberapa agama dan kepercayaan sekaligus (Buddhist, Taoisme, Khonghucu, Sunda Wiwitan, dll). Mungkin ini satu-satunya Klenteng yang memiliki petilasan, makam, dan musholla didalamnya. Asimilasi budaya terasa sangat kental. Namun, semua berjalan beriringan tanpa saling mengganggu.
Pak Bram, selaku salah satu pegiat budaya di Pulo Geulis, menceritakan sejarah klenteng dan Pulo Geulis secara menyeluruh dan menarik. Bagi saya pribadi, sebagai orang Bogor, makin tersadar bahwa banyak yang belum saya ketahui mengenai kota ini, terlebih masalah harmoni keberagaman. Diskusi kemarin sangat menginspirasi, jarang rasanya bisa membicarakan sejarah se-asyik ini. Terdapat juga teman dari komunitas Kampung Bogor yang ikut hadir di klenteng dan menceritakan banyak hal kepada kami. Setelah sesi diskusi dan dokumentasi lokasi, salah satu teman kami, Mas Hendra juga membantu pengelola klenteng untuk mengklaim lokasi mereka di Maps agar tidak rawan diganggu oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Kami menyempatkan diri sholat dzuhur di area musholla didalam klenteng tersebut. Ini pengalaman yang unik, karena mungkin satu-satunya klenteng yang dapat menjadi tempat beribadah seorang Muslim. Saya merasakannya sendiri, beberapa hari sebelumnya, saat saya hendak menyelesaikan sholat, salah seorang penganut Tao sedang meletakkan hio-nya di petilasan di belakang saya. Kami beribadah tanpa saling terganggu. Secara umum, ini adalah penyejuk disaat dunia luar sudah sangat ramai dengan kebencian-kebencian yang meruncing pada perbedaan.
Setelah sesi istirahat dan sholat, kami pun pamit dan melanjutkan perjalanan ke Bakso Kribo. Tempat ini merupakan salah satu spot kuliner favorit di pulau ini. Kedatangan kami langsung memenuhi warung ini. Suasana mulai cair saat sesi kuis dimulai. Pak Parno membawa beberapa souvenir, saya menyumbang beberapa stiker Google resmi, dan Pak Budi mengatur jalannya kuis dengan sangat baik.
Kami sangat senang acara ini dapat berjalan lancar dan sukses. Saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman atas dukungan terhadap acara ini. Tak lupa, kepada Pak @BudiFXW dan Pak @RiverDefender telah bersedia membantu saya mengatur jalannya acara dan membuat kegiatan semakin meriah.
Semoga ini bukan pertemuan yang terakhir. Sampai jumpa!