Pagi itu saya menikmati sarapan bersama istri saya di restoran yang menjadi bagian dari Swiss-Belhotel Bogor. Lantai 7.
Setelah mengambil beberapa macam roti dan telur dadar dan jus lemon saya duduk di kursi dan meja yang disediakan.
Saat saya memulai sarapan pagi saya dengan ramah seorang pelayan menghampiri saya dan menawarkan untuk membuatkan kopi atau teh.
Kopi ada beberapa pilihan Americano, kopi susu susu dengan mesin khusus atau kopi tubruk.
Menikmati kopi diakhir sarapan adalah kenikmatan tersendiri buat saya, sehingga tawarannya untuk membuatkan kopi saya tolak dengan halus dan saya berjanji untuk membuatnya sendiri.
Setelah selesai menikmati aneka roti saya mulai melangkah ke area kopi. Ketiga pilihan nampak dengan jelas. Tetapi mata saya tertumbuk pada pilihan kopi tubruk dalam kemasan yang tertata dengan rapi dalam mangkok terbuat dari jalinan penjalin.
Kemasan berwarna coklat susu tidak seperti biasanya beraneka warna.
Ada dua pilihan Cap Oplet dan Liong Bulan.
Saya terlibat dalam obrolan yang cukup hangat dengan seorang perwira TNI yang sedang mengikuti lokakarya di hotel itu.
Bapak itu heran kok bergambar oplet, sedangkan biasanya bergambar Liong Bulan.
Ini pak yang Bapak cari, saya bantu menunjukkannya.
Bapak itu bertanya pula kok nggak seperti biasanya bungkusnya koknberwarna coklat susu.
Saya menduga warna itu untuk membangkitkan kenangan masa lalu dimana kedua merek kopi tersebut dibungkus dengan kertas sampul buku berwarna coklat.
Saya mencampur kopi bubuk cap oplet dengan gula jawa lalu menyeduhnya, mengaduknya dan pamit pada bapak perwira.
Saya kembali ke meja saya menikmati kopi sambil mengobrol dengan istri saya.
Pagi yang indah saya lewatibdengan kopi tubruk cap Oplet.
Note :
Penjalin : rotan ( Eng : rattan)
Kopi tubruk : kopi dengan atau tanpa gula yang dituang kedalam gelas atau cangkir lalu diseduh langsung dengan air yang mendidih.
TNI : Tentara Nasional Indonesia.
Kopi tubruk cap oplet dan buku catatan yang selalu saya bawa.