Jika bertanya kepada beberapa orang dengan pertanyaan, wisata apa yang ada di bandung Selatan??? Pasti sebagian besar menjawab, Kawah Putih.
Yuppzzz, Kawah Putih adalah magnet besar bagi wisata di kawasan Bandung Selatan, selain Situ Patengan dan Perkebunan Teh Rancabali. Hanya ada segelintir yang menjawab Kawah Cibuni Rengganis. Hal ini bisa dimaklumkan karena letak kawah ini yang tersembunyi dan juga lokasinya agak sedikit menjauh ke arah perbatasan Ciwidey -Cianjur.
Pertengahan Maret lalu, saya kesini juga tanpa sengaja ketika hendak berwisata ke Glamping Lakeside Rancabali. Saya memutuskan untuk balik kanan karena di sini sangat ramai dan nyaris tidak bisa masuk, maklum destinasi wisata baru di kawasan ini. Saat memutar arah, mata saya tertuju pada sebuah plang kecil yang hampir tidak terlihat bertuliskan Kawah Cibuni. Penasaran karena baru tahu ada kawah selain Kawah Putih, saya memutuskan kesini.
Berada di sisi kiri jalan setelah Situ Patengan, Kawah Cibuni seperti anak tiri. Tidak ada gapura sebesar gapura Kawah Putih. Hanya ada barisan tukang ojek di depan jalan menuju areal ini. Mobil harus diparkir disini dan dilanjutkan dengan menumpang ojek 50 ribu/pp permotor. Beberapa meter dari pangkalan ojek, ada pos penjualan tiket 10 ribu per orang. Yang mengendarai motor bisa melanjutkan perjalanan sampai areal parkir diatas.
Tiba di areal parkir atas, terlihat beberapa warung kecil. Nah dari sini mulai terlihat areal kawah yang cukup luas yang berada di bawah tebing yang ditempuh dengan menyusuri jalan setapak yang cenderung licin. Beberapa rumah berdiri dekat kawah ini.
Beberapa laki-laki berpakaian hitam dengan ikat kepala terlihat mengawasi orang-orang yang beraktifitas. Saya pun mendatangi salah satunya, rupanya mereka adalah kuncen yang menjaga disini, dan ia pun dengan senang hati mengantar berkeliling.
Kawah Rengganis tidak seperti Kawah Putih yang didatangi untuk berwisata, kawah ini juga ternyata menyimpan berbagai hal mistis karenanya orang yang datang kesini juga melakukan ritual spiritual tertentu, seperti bertapa, ziarah meski ada juga yang sekedar melihat-lihat.
Beberapa orang terlihat menggelar tikar untuk persiapan semedi, ada juga sisa-sisa bunga warna warni yang ditaruh di dekat beberapa batu dan wangi-wangian yang berasal dari minyak wangi yang sangat menyegat baunya. Belum lagi suara burung dari dalam hutan yang terdengar menyeramkan dan sebuah makam yang tidak ada namanya. Hiiiii… bikin merinding.
Terdapat batu-batu besar dan kecil yang masing-masing batu mempunyai ciri dan cerita tersendiri. Seperti Batu Rahim Ibu, sebuah batu yang diatasnya bergambar rahim seorang wanita, yang menyiratkan cerita bagaimana perjuangan seorang wanita saat melahirkan. Ada juga Situs Bubur Lemu, berupa dua genangan lumpur berwarna merah dan putih, yang menyiratkan kelahiran seorang bayi yang biasanya ‘dirayakan’ dengan bubur merah putih. Dan banyak lagi situs-situs dengan masing-masing kisahnya.
Ada pula lubang lumpur hitam, yang bisa dipakai sebagai masker dan lulur alami. Untuk mengambil lumpur hitam ini dikenakan biaya 5000 rupiah. Lalu, pancuran air dan pemandian air hangat yang konon airnya bermanfaat untuk mengobati penyakit kulit karena berasal dari sumber mata air panas alami.
Nah berminat berwisata kesini??? Dengan tidak menutup mata atas ritual beberapa orang-orang di kawah ini, saya tetap menikmati areal ini sebagai wisata sebuah kawah yang indah, dengan aroma belerang yang khas, air hangat untuk merendam kaki dan pemandangan kebun teh yang menyejukkan mata di sepanjang jalan menuju kawasan ini.