PENGALENGAN Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia dikenal dengan beberapa tujuan wisata. Ada Koperasi Susu Sapi yang maju. Kebun Teh menghampar luas. Titik nol sungai Citarum di Danau Cisanti dan Star Energy Wayang Windu Geothermal dan masih banyak lagi tujuan wisata lainnya. Secara geografis, Pengalengan berada di kawasan pegunungan. Udaranya terasa sejuk. Ini salah satu yang menjadi daya tarik wisata lokal dari Jakarta dan sekitarnya. Secara administratif berada di Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat Indonesia. Daerahnya yang sejuk, kawasan ini selalu ramai oleh wisatawan lokal.
Rombongan kami berangkat dari Jakarta Selatan menggunakan lima mobil. Sebelum berangkat, saya sarankan, setiap mobil satu orang untuk share live location maksimal 8 jam ke depan. Ini dilakukan agar setiap mobil dapat dilihat sepanjang jalan. Dalam komunikasi Whatsapp Grup, Ternyata, dalam peta yang dishare, dua mobil melewati jalan bukan tol. Jarak tempuh dari Jakarta sekitar 200 KM dengan waktu tempuh sekitar 4 jam lebih melalui jalan tol Jakarta Cikampek dan Purwakarta, Bandung, Cileunyi (Purbaleunyi) dengan satu kali istirahat sekitar 45 menit di Rest Area KM 88A
Satu rombongan kami empat orang. Setelah melewati jalan kota, ketika itu sudah mulai gelap. Kami mulai masuk jalan berbelok-belok, tipikal jalan naik menuju arah dataran tinggi. Berbekal Google Map, kami diarahkan menuju lokasi tempat kami menginap. Kami diarahkan melewati jalan berbelok-belok. Sepanjang jalan adalah gelap. Terkadang sisi jalan berupa kebun Teh dan jurang. Satu teman kami sempat ragu dan sedikit tegang akibat kurang percaya diri. Hingga muncul pertanyaan bernada khawatir. Beberapa perkampungan yang dilewati terang oleh lampu. Tapi kami tidak pernah menjumpai orang. Terlebih, audio mobil yang dimainkan sedikit nuansa horor. Dalam Google Maps titik yang dituju terus mendekat. Perkiraan jarak dan waktu sampai juga jelas. Karena gelap dan tidak segera sampai, tiga orang teman saya mulai khawatir.
“Bener nggak sih arah yang disarankan Google Maps?” teman saya bertanya dalam keraguan
“Kita ikuti saja seperti yang diarahkan oleh Google Maps!” Kata saya meyakinkan.
Sementara empat mobil lainnya masih jauh di belakang kami. Akhirnya, kami sampai juga ke tempat kami menginap di Kertamanah. Kami gembira. Sambil mengobrol ringan cerita horor di jalan bersama staf pengelola vila. Bagi kami di negara yang beriklim tropis, udara malam di Pengalengan sangat dingin. Saya cek di aplikasi cuaca. Wowww. 19-20 derajat Celcius. Pantas saja, kopi panas yang baru disajikan cepat dingin. Berangsur, empat mobil di belakang kami sampai. Tentu saja tidak bersamaan. Lewat tengah malam kami istirahat.
…
Ketika bangun pagi. dan yang lain masih kelelahan, saya jalan kaki melihat-lihat aktivitas masyarakat. Banyak masyarakat yang bekerja di kebun teh. Mereka sibuk berangkat ke lokasi dengan menggunakan sepeda motor dan truk sebagai alat transportasi. Bagi yang dekat cukup dengan jalan kaki. Satu titik menarik perhatian bagi saya. Asap tinggi mengangkasa. Rasa penasaran terjawab ketika saya tanyakan ke pengelola vila. Ternyata itu dari lokasi Geo Thermal yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari tempat kami menginap.
Matahari terus naik, kawasan kami menginap mulai hangat. Saya mencoba melihat titik berbeda. Dengan berjalan kaki, saya ikuti jalan tanah bercabang dari jalan raya yang memisahkan kebun teh dan pemukiman. Beberapa buah batu besar di salah satu titik kebun teh menarik perhatian saya. Sinar matahari semakin menghangatkan badan. Jutaan embun pagi di pucuk daun teh kerlap-kerlip terkena sinar matahari. Jam di smartphone masih menunjukan pukul 08.05. Dari lokasi batuan besar, beberapa murid sekolah dasar keluar ruangan. Dari jarak 75 meter, saya melihat dengan jelas, mereka dipandu guru membersihkan sampah yang bertebaran di depan gerbang sekolah. Segera saya mendekat. Melihat dari jarak lebih dekat. Sekejap, sebagian jalan dan gerbang sekolah menjadi bersih dari sampah. Sampah-sampah itu dimasukan dalam bak sampah sekolah. Video saya post sini . Dalam perjalanan sepagi ini, saya dapat melihat dengan jelas. Pekerjaan rumah besar adalah banyaknya sampah yang masih bertebaran di jalan, selokan dan kebun teh.
Tak jauh dari tempat kami menginap, sebagian rombongan kami penasaran dengan bangunan. Beberapa penjaga bangunan menyambut kami. Setiap orang yang masuk dikenakan biaya IDR 10K. Bangunan kuno di bawah pohon pinus masih kokoh dan terkesan seram. Kami bersama-sama jalan kaki menuju bangunan itu. Woow… Ternayata itu adalah bangunan kuno yang dijadikan rumah shooting Pengabdi Setan. Rasa penasaran dan takut saya terus ikut. Tapi jujur, saya tidak berani menjelajah lebih jauh bangunan ini. Walaupun siang, saya tetap saja merasa takut.
Setelah agak siang, rombongan kami segera berangkat menuju Danau Cileunca. Di sebuah titik pertemuan di Land 09, kami parkir dan berjalan sekitar 150 meter menuju tepi danau. Tujuan kami adalah rafting di Sungai Panglayangan. Untuk tujuan keamanan, rombongan kami mendapat informasi prosedur keselamatan dari pemandu. Briefing dijelaskan dengan diselingi joke-joke yang membuat kami tertawa. Setelah briefing, menggunakan alat keamanan berupa jaket pengaman, helm dan pembagian kelompok, kami menuju perahu karet masing-masing grup. Dari tepi danau kami naik perahu karet menuju titik start rafting. Perahu karet didayung oleh satu guide sekaligus pemimpin setiap rombongan.
Sungai Panglayangan, adalah sungai yang airnya berasal dari danau Cileunca. Aliran sungai dialirkan lewat pintu air. Dari lokasi ini, dari Hulu sungai melakukan start. Rafting dilakukan sepanjang dua jam dengan suasana sangat dingin. Sekeliling sungai berupa hutan pinus dan kebun teh. Pada tengah perjalanan, semua istirahat di dermaga. Kami menghangatkan diri ditengah basah kuyub dengan kopi dan aneka makanan kecil. Adrenalin turun naik ketika kami melewati jeram. Terkadang kami berteriak untuk mengurangi ketegangan. Badan terasa dingin, namun hati terasa hangat setelah hormon adrenalin diaduk-aduk di tengah aliran sungai. Pada ujung titik finish rafting, beberapa angkutan mobil dengan bak beratap sudah menunggu untuk mengantar kami pada titik kami parkir mobil.
Di sini, saya segera berganti baju agar semakin hangat. Dilanjutkan menikmati minuman bandrek hangat. Pisang uli rebus juga disajikan, sementara yang mau makan siang, makanan khas Sunda sudah disiapkan oleh pengelola jasa tour. Beberapa kali ke Pengalengan rasanya tidak bosan-bosan. Pengalengan dikenal dengan daerah ternak sapi perah. Industri makanan dan minuman dari bahan dasar susu tumbuh. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, kami singgah membeli oleh-oleh di Kue Pia Pawitan . Sebuah toko oleh-oleh khas Pengalengan yang cukup ramai.
Oh, ya. Di Pengalengan sangat kebetulan bertemu dengan Bambang dan Jojo Taryana, ternyata mereka berdua juga sebagai Local Guides. Sempat diskusi beberapa hal, tentang Google Maps dan program Local Guides Clean The World yang dilaunch @ermest dibantu ahli peta @DavidTito serta didukung banyak relawan dari seluruh dunia.
Saya yakin teman-teman Bandung Local Guides bisa menambahkan cerita di sekitar lokasi ini. Bagaimana Kang Guru @PaDeSSo @SriSedono_id @Fachry_My_ID