Mengikuti pendakian ini seperti halnya mimpi yang menjadi kenyataan. Sebulan yang lalu, saya masih bercita-cita untuk hiking santai ke Pos 1 pendakian via jalur Palutungan (Kuningan) yang menurut informasi, berjarak 2 jam jalan kaki. Lumayanlah untuk melemaskan otot. Siapa tau berikutnya ada kesempatan dan rejeki untuk mendaki Gunung Ciremai atau gunung lainnya di Jawa Barat. Niat itu belum juga kesampaian, hingga minggu lalu, teman di tempat saya bekerja di Kuningan mengajak bergabung dalam kegiatan pendakian Gunung Ciremai melalui jalur Apuy (Majalengka). Kegiatan ini berkenaan dengan tugas untuk membuat dokumentasi di puncak Gunung Ciremai. Saya pun langsung menerima ajakan tersebut.
Hari Minggu, tanggal 20 Februari 2022, saya dibantu istri tercinta mulai mengumpulkan peralatan yang mesti harus dipersiapkan untuk kegiatan pendakian, mulai dari ransel Eiger Wanderlust 60, tas selempang Kalibre Adaptic, sleeping bag Consina Explorer, tenda Eiger Shipton 3P, hammock, flying sheet, sepatu hiking, sandal gunung, trekking pole, dan beberapa perlatan lainnya.
Hari Senin siang, tanggal 21 Februari 2022, di antar istri, saya berangkat ke stasiun Malang Kota Baru untuk menumpang Kereta Api Jayabaya menuju Kota Cirebon yang berjarak 644 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 10 jam. Dari kota ini, perjalanan saya lanjutkan dengan menumpang Grab menuju Kota Kuningan yang berjarak 36 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, menjelang tengah malam sampailah saya di Kota Kuningan.
Hari Selasa malam, tanggal 22 Februari 2022, setelah mengepak semua peralatan dan perbelakan ke dalam ransel dan tas selempang, saya pun bergegas bergabung bersama teman lainnya di titik keberangkatan. Ada Alfi sebagai ketua rombongan, Daffa, Dimas, Faisol, Qonita, dan Renita. Alfi dan Renita tercatat sudah pernah mencapai puncak Gunung Ciremai sebelumnya. Dengan diantar dua mobil, kami berangkat menuju basecamp pendakian yang terletak di sisi barat Gunung Ciremai yang berjarak 35 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 20 menit. Sekitar jam 22.40, sampailah kami di rumah singgah pendaki, yaitu Home Stay Dani Proadventue Ciremai. Di sini kami bisa beristirahat untuk mulai kegiatan pendakian esok harinya.
Hari Rabu pagi, tanggal 23 Februari 2022, adalah saat-saat yang sudah saya tunggu. Pagi itu, kami akan memulai kegiatan pendakian. Dari rumah singgah, kami diantar mobil pickup menuju Pintu Masuk Pendakian Ciremai Via Apuy yang berjarak 3,4 kilometer. Jalur jalannya hanya cukup untuk dilewati 1 mobil ringan. Sesampainya di pintu masuk pendakian, kami ditemui petugas kesehatan untuk didata dan diukur tensinya. Kemudian, kami ditemui petugas Taman Nasional Gunung Ciremai terkait ijin pendakian dan apa-apa yang harus dipatuhi selama kegiatan pendakian. Setelah semuanya beres, kami bertujuh, bersama dua porter, berkumpul di gerbang masuk jalur pendakian, untuk berdoa bersama agar kami semua diberi keselamatan selama melakukan pendakian. Tepat jam 9.20, kami mulai berjalan menyusuri jalur pendakian menuju pos 1, pos 2, pos 3, dan pos 4, dalam cuaca yang cerah berawan. Tanpa terburu waktu, kami berjalan santai dan beristirahat seperlunya, diiringi alunan lagu Ebiet G Ade dari perangkat milik salah satu porter. Tanjakan demi tanjakan kami lalui. Sekitar jam 1 siang, menjelang pos 4, cuaca mulai gerimis. Dengan mempercepat langkah, kami segera menuju pos 4. Sesampainya di pos 4, kami segera mendirikan tenda, berlomba dengan hujan yang mulai turun. Alhamdulillah, 4 tenda pun berdiri dipayungi flying sheet di antara tenda. Tidak banyak kegiatan yang bisa kami lakukan di tengah guyuran hujan yang semakin lebat dan hawa dingin yang mulai menyerang di ketinggian 2.234 meter di atas permukaan laut. Kami pun segera masuk ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Menjelang malam, kedua porter kami mulai menyiapkan makan malam. Meski lauknya terbilang sederhana, tapi dalam kondisi saat itu, nikmatnya sungguh luar biasa. Begitu dihidangkan, kami berebutan mengambil nasi dan lauk. Alhamdulillah. Setelah makan malam, kami bersantai sambil menikmati minuman hangat. Tidak berapa lama, kami semua masuk ke tenda untuk beristirahat.
Hari Kamis, tanggal 24 Februari 2022, dini hari sekitar jam 1 saya terbangun. Rencananya, jam 2 kami akan mulai menuju puncak Gunung Ciremai. Saya mulai menyiapkan sepatu, jaket, kaos tangan, dan penghangat badan lainnya untuk dipakai selama perjalanan. Setelah siap, saya membangunkan peserta lainnya yang masih tertidur pulas. Kedua porter kami sepertinya baru saja masuk tenda, setelah semalaman menjaga kami semua dari serangan babi hutan yang mengincar makanan yang kami bawa. Beruntung, semua makanan telah diselamatkan oleh kedua porter dengan cara digantung di atas pohon. Setelah semuanya siap, kembali kami berdoa bersama agar perjalanan menuju puncak ini diberi kelancaran. Dengan bantuan sinar senter dan headlamp, kami berjalan menyusuri jalan setapak menuju pos 5. Sekitar jam 3 lewat, kami sampai di pos 5, dalam kondisi cuaca kabut tebal dan sedikit gerimis. Di sana kami beristirahat sambil menunggu cuaca membaik. Setengah jam menunggu, cuaca tidak juga reda. Jam 4 lewat, cuaca berangsur-angsur membaik. Kabut mulai menipis. Gerimis dan angin juga sudah berkurang. Setelah memastikan kondisi cuaca reda, kami pun mulai beranjak naik dari pos 5. Sepuluh menit berjalan, pepohonan mulai jarang. Dari sini, kami bisa melihat gemerlap lampu-lampu di bawah sana. Jam 5 lewat, suasana mulai agak terang. Meski kami tidak bisa melihat matahari terbit, karena jalur pendakian yang kami lalui terletak di lereng sebelah Barat dari Gunung Ciremai, namun di sisi kanan jalur pendakian, kami masih bisa melihat semburat keemasan pertanda matahari mulai terbit di seberang sana. Di beberapa titik, saya menyempatkan diri untuk mengabadikan pemandangan indah ini. Sekitar jam 6.30, kami sampai di titik persimpangan Apuy, dimana jalur pendakian via Apuy dan jalur pendakian via Palutungan bertemu. Di sini, kami bertemu dengan serombongan pendaki yng naik dari jalur Palutungan. Setelah puas beristirahat dan mengambil gambar di titik ini, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Jalur berbatu miring dan cukup terjal mulai menggerus semangat kami. Ritme perjalanan sudah tidak lagi beraturan, lebih banyak beristirahat di setiap kesempatan. Sekitar jam 8, satu per satu kami berhasil menggapai puncak gunung tertinggi di Jawa Barat ini. Perjuangan berat ini terbayar sudah, dengan perasaan lega bercampur haru. Kami pun segera berburu foto sambil menyelesaikan dokumentasi sebagai tugas yang diamanahkan kepada kami. Sekitar jam 9, setelah puas berburu foto dan menikmati keindahan puncak Gunung Ciremai, kami pun bergegas turun kembali ke perkemahan kami di pos 4.
Sekitar jam 11, kami sampai di pos 5. Dan tidak berapa lama kemudian, kami sampai di Pos 4. Kedua porter kami telah mempersiapkan makan untuk kami semua. Kami pun segera menyantap menu makan siang itu. Setelah itu, kami mulai membongkar tenda-tenda dan bersiap untuk turun. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan selama perjalanan turun ini, kecuali kondisi kaki kiri saya yang bermasalah, terasa sakit setiap kali terlipat. Akhirnya, setiap kali mendapatkan jalan turun yang agak dalam, selalu dengan kaki kiri lebih dahulu agar tidak sakit. Perjalanan jadi agak terhambat. Menjelang pos 1, saya sampai paling lambat. Di sini, kaki saya dipijit oleh Kang Yayan, salah satu porter yang mengangkut ransel saya. Setelah agak nyaman dan cukup beristirahat, saya mengajak semuanya untuk melanjutkan perjalanan turun. Saya dikawal kang Yayan berjalan paling depan. Jalan yang landai membuat saya terpacu untuk berjalan cepat. Keinginan untuk bisa segera sampai di pos pendakian, mengalahkan rasa sakit yang beberapa kali menyerang. Ketika terlihat gerbang masuk jalur pendakian di kejauhan, pecah sudah kegembiraan di sore itu.
Inilah akhir kisah pendakian saya ke Puncak Gunung Ciremai. Semoga bermanfaat dan menjadi kenangan yang baik bagi saya dan kami semua. Terimakasih kepada istri saya tercinta @Annisa1208 yang telah mempersiapkan semuanya. Kepada anak-anak yang selalu mendoakan. Kepada semua anggota team pendakian. Kepada kedua porter yang luar biasa. Dan kepada semua pihak yang telah membantu terlesenggaranya kegiatan ini.
Salam lestari. Salam kontribusi.
Brian