Setiap Tulang Punya Cerita

Berkunjung ke Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Unair

Apa yang ada dalam benak Anda saat pertama mendengar sebuah museum tentang kematian? Sebuah bangunan kaku yang tampak tua dan seram… Wah, ini sungguh sangat berbeda dengan yang juga saya bayangkan. Saya hampir ‘tertipu’ saat mencari dan menemukan museum ini. Bahkan saya masih ragu saat sudah berada di depan bangunan museum, karena eksteriornya lebih terlihat seperti sebuah cafe atau outlet distro ketimbang museum. Hehe… Berasa millenial banget. Begitu pun saat masuk lobi, kesan pertama yang muncul kita seperti berada dalam tempat hangout, jauh dari kesan seram. Di ruang depan ini Anda akan disambut dengan ramah oleh beberapa orang yang berada di working space. Awalnya saya mengira ini adalah resepsionis dengan beberapa petugas museum. Tapi belakangan saya baru tahu keliru, tapi saya akan ceritakan di ujung ulasan saja ya.

Jadi kembali tentang museum. Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian yang di bawah pengelolaan FISIP Universitas Airlangga ini memaparkan informasi yang berhubungan dengan kematian dan budaya yang terkait dengannya. Seperti salah satunya adalah tentang ritual pemakaman dari Desa Trunyan, Kintamani Bali. Model makam dan tulang belulang asli bisa dilihat di sini. Anda juga bisa menemukan informasi tentang ritual Ma’ Nene’ yang merupakan ritual adat dalam budaya suku Toraja. Ritual di mana mayat yang sudah menjadi mumi yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu dikeluarkan dari dalam liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti pakainnya. Ada replika mumi yang mirip banget sama aslinya. Bikin bulu kuduk berdiri… tapi karena efek ruangan ber-AC kali ya. Nah sampai di sini sudah ada yang merasa takut? Jika tidak kuat untuk melanjutkan, silahkan melambaikan tangan ke kamera deh, hehe…

Dari lobi kita bisa ke ruang lain, yang kerennya nih pengunjung mesti melewati lorong gelap nan sunyi. Di lorong ini pada satu sisinya kita bisa ‘menikmati’ suasana dalam kubur tempat mayat yang terbujur. Waaaa… Jangan khawatir, ada pemandu yang bisa menemani kalian hingga di ujung museum.Selanjutnya pada bagian lain, kita bisa melihat display digital tentang budaya pemakaman mayat dari Papua, lalu ruang tentang ilmu forensik. Tahukan ini ilmu yang berhubungan dengan penyelidikan yang biasanya untuk kepentingan hukum. Dari ruang ini kita sampai pada ruang entertainment, ruang yang diperuntukan sebagai wahana hiburan bagi pengunjung. Anda boleh berfoto ria untuk melengkapi cerita Anda di media sosial masing-masing, hehe… Anda bisa berfoto dengan latar suasana pemakaman, berselfie dengan replika tengkorak ‘hidup’ hingga foto menggunakan kostum seram. Ya kalian bisa meminta tolong pada pemandu, ada beberapa kostum seram yang bisa dipinjam. Gratis kok, tapi jika kalian ingin berdonasi untuk kepentingan museum juga boleh. Sebelum lupa saya ingin memberi saran, agar tidak tergesa-gesa saat menyusuri museum karena banyak informasi menarik yang terpampang pada display. Sayang dong jika hanya dapat sekilas info…

Oh ya satu lagi, di museum ini kalian yang datang rombongan dapat mengikuti kelas antropologi forensik, namanya Bone Class. Biayanya beragam sesuai paket yang ditawarkan pengelola. Museum dibuka Senin hingga Jumat, mulai jam 10 pagi hingga jam 16 sore. Namun bagi yang ingin datang diluar jadwal buka, kalian bisa melakukan pembicaraan lebih dahulu. Btw, jika pengen ngaso sehabis memutari museum, ada tempat nyaman buat beristirahat di halaman depan, lengkap dengan kantin di sebelahnya. Untuk mencapai museum ini mudah kok, terletak dekat pusat kota Surabaya dan dalam wilayah kampus B Unair yang asri.

Secara umum museum yang masuknya gratis ini menarik, selain tema yang cukup berbeda tampilannya juga cukup keren. Karena itu nggak salah kalau museum yang dikelola FISIP Unair ini mendapat penghargaan berupa Anugerah Purwakalagraha Indonesia Museum Awards 2018. Bersama 435 museum yang lain, Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Unair ini menjadi satu-satunya museum terunik di Indonesia. Nah jika boleh memberi saran kepada pengelolanya museum ini harusnya bisa lebih luas dan lebih banyak lagi koleksi ‘seremnya’ hehe… Selain itu display informasinya agar dibuat lebih ‘lega’ sehingga tidak terkesan bertumpuk.

museum #etnografi #kampus #universitas #airlangga

12 Likes

Tulisan yang menarik, Pak @AndrianN .

Pengen mampir ke situ, cuma sayangnya hanya buka di hari dan jam kerja, ya?

2 Likes

Matur nuwun bang @iorikun301 . Kalau rombongan bisa buat janji dengan pengelola, untuk kunjungan di luar jadwal. Monggo…

1 Like

Wah cerita seru dari bang @AndrianN membuat penasaran,

Ada yang terlupakan dan saya tunggu kelanjutannya yaitu tentang orang orang yang seperti resepsionis atau petugas museum

Salam Salut

PaDeSSo ~ Indonesia Local Guides

3 Likes

wah, betul juga itu… Saya lupa, akan saya edit deh. Terima kasih bang @PaDeSSo . Keep in touch!

1 Like

Hi @AndrianN

Keren sekali ulasannya. Dengan tulisan dan hasil foto Anda serasa sudah masuk ke museum.

Terima kasih sudah share

2 Likes

Halo @AndrianN ,

Terima kasih sudah berbagi dan betul seperti yang dikatan @Ddimitra karena tulisan kamu yang sangat deskriptif jadi terasa berada di dalam museumnya juga.

Apakah ini merupakan museum yang masih tergolong baru? karena saya pribadi belum pernah mendengarnya.

1 Like

Terima kasih @Ddimitra

Hanya lagi demen banget nulis, hehe… Btw, saya membuatnya juga dalam bentuk ebook. Yang sudah bisa diakses di post saya yang baru.

Keep spirit! Let’s guide.

Halo @AngieYC

Terima kasih supportnya. Itu sungguh membangun semangat untuk berkontribusi lebih baik lagi. Museum ini sebetulnya sudah agak lama, tapi kurang publikasi. Karena itu saya bersemangat membantu berbagi informasi. Btw, sudah lihat post saya yang baru? Di sana saya mencoba membuat review-nya dalam bentuk ebook. Agar bisa dikoleksi, dibaca offline dan syukur kalau ada yang mau membaginya. Hehe…