Halo, apa kabar?
Saya sedang beres-beres lemari makan di rumah saya di Lawang, Jawa Timur, ketika saya tidak sengaja menemukan sebungkus penganan sisa lebaran yang belum diolah. Semua orang pasti tahu penganan ini, atau setidaknya pernah mendengar tentang remahannya yang amat legendaris. Hari ini saya menggoreng rengginang.
Rengginang, atau dalam bahasa Inggris rice crackers, adalah penganan yang terbuat dari nasi (bisa nasi biasa atau nasi ketan) yang dikeringkan dan digoreng di dalam minyak banyak (deep fried). Penganan ini amat populer disuguhkan di hari lebaran karena harganya murah, ukurannya cukup besar tapi tidak mengenyangkan, dan ketika disantap remahannya mudah sekali rontok.
Tamu yang kebetulan mengambil penganan ini akan berhati-hati sekali ketika menyantapnya agar remahannya tidak sampai mengotori rumah yang sedang dikunjungi. Ini adalah “jebakan batman” dari si empunya rumah agar tamunya tidak pulang-pulang sampai tiga kali puasa tiga kali lebaran.
Dulu, di kampung saya di Lawang, Jawa Timur, rengginang dibuat dari sisa-sisa nasi yang tidak termakan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dicuci di bawah air mengalir, dikepal-kepal seukuran setengah telapak tangan, dijemur beberapa hari di bawah matahari langsung sambil berharap agar tidak dimakan ayam, lalu digoreng beberapa hari sebelum lebaran. Rasanya renyah dan cukup tawar ketika disantap. Wajar, karena rengginang yang semacam ini tidak dibumbui.
Tapi sekarang rengginang sudah jarang yang dibuat dari nasi sisa. Kebanyakan sudah dibuat dari nasi ketan berkualitas bagus yang memang sengaja diolah menjadi rengginang. Pun bumbu yang digunakan juga beragam. Dari bawang-bawangan, terasi, hingga yang cukup mahal rengginang lorjuk (sejenis kerang bambu) dari Madura juga ada. Tapi rengginang yang goreng hari ini jenis rengginang yang biasa saja. Rengginang paring-paring.
Untuk bisa menggoreng rengginang yang renyah dibutuhkan minyak yang cukup banyak dan panas. Pun rengginang mentahnya. Mesti dijemur lagi beberapa jam sebelum digoreng agar kandungan airnya benar-benar hilang. Dengan begini ketika rengginang mentah dimasukkan ke dalam penggorengan, ia bisa langsung mekar dan mengembang. Hanya dibutuhkan waktu sekitar 4,8 detik untuk menggoreng rengginang. Lebih dari itu rengginang akan gosong dan terasa pahit. Dan ini berarti bencana.
“Wes nyereti, pait, pisan!?” Sudahlah mudah tersangkut di tenggorokan (ketika dimakan), rasanya juga pahit.
Betul, rengginang memang mudah nyangkut di tenggorokan. Jadi banyak-banyaklah minum air setelah Anda menyantapnya.
Begitulah cerita saya hari ini tentang rengginang yang tidak sengaja saya temukan terselip di lemari makan. Penganan ringan ini amat populer di kampung saya di Lawang, Jawa Timur. Terima kasih sudah membaca. Lain kali kita cerita-cerita lagi. Salam!
———————
TRIVIA:
Agar tidak mudah melempem, rengginang biasa disimpan di dalam kaleng bekas biskuit. Sehingga ketika Anda dapati ada satu kaleng biskuit yang sudah tidak tersegel terhidang di meja di hari istimewa, maka Anda patut curiga 95 persen isinya pastilah bukan biskuit. Melainkan rengginang. #AntiKeceleKeceleClub