Saat ini, menginap di alam terbuka adalah pilihan yang cukup banyak diminati di tengah pandemi Covid-19. Seperti di Selorejo Camp yang terletak persis di sebelah Selorejo Hotel ini. Dengan camping ground teduh menghadap waduk Selorejo, kita bisa santai staycation bersama keluarga dan para sahabat. Dan komunitas Batu Local Guides mendapatkan kesempatan diundang pihak manajemen untuk mencobanya pada hari Sabtu dan Minggu kemarin tanggal 19-20 Desember 2020.
Dengan mengusung meet-up bertajuk Selorejo Camp Adventure 2020, hadir 14 local guides lengkap dengan peralatan campingnya masing-masing, mulai dari tenda, matras, sleeping bag, flying sheet, hammock, meja kursi outdoor, kompor, dan tidak ketinggalan alat pancing. Setiap peserta juga harus mematuhi protokol kesehatan selama mengikuti kegiatan, dengan selalu memakai masker, mencuci tangan sesering mungkin, selalu membawa handsanitizer yang bisa dipakai dimanapun dan menjaga jarak aman. Hanya ketika berfoto bersama, masker dilepas sepentar untuk kemudian dipakai kembali. Di lokasi, kami disambut oleh mas Bayu, anggota Batu Local Guides yang juga salah satu manager Selorejo Hotel. di Di tengah gerimis yang mulai turun, sambil bersenda gurau kami memasang tenda. Tidak perlu waktu terlalu lama untuk memasang tenda, karena sebagian peserta sudah terbiasa camping di banyak spot. Setelah semua tenda terpasang, gerimis pun reda. Alhamdulillah. Kami berkumpul di satu sudut camping ground, sambil menikmati coffee break yang telah disediakan oleh pihak Selorejo Hotel. Setelah cukup beristirahat, peserta diajak untuk melihat Festival Kopi yang berlokasi di kawasan Taman Wisata Selorejo yang berjarak sekitar 600 meter dari tempat kami berkemah, melalui Jembatan Selorejo Ngantang. Saya dan dua local guide lainnya tetap tinggal untuk menjaga tenda.
Menjelang Maghrib, peserta yang berkunjung ke Festival Kopi berdatangan kembali ke camping ground, bersamaan dengan beberapa local guide yang baru datang malam itu. Beberapa pegawai Restoran Melati Selorejo, tampak sibuk mengantarkan perlengkapan makan malam berupa ikan yang siap dibakar, lengkap dengan bumbu dan lalapan. Arang pun segera dinyalakan, dan satu persatu ikan-ikan yang telah dibumbui dibakar beramai-ramai. Acara makan malam kali ini terasa sangat menyenangkan, berkumpul bersama para local guide di depan tenda, sambil menikmati ikan bakar yang merupakan endemik asli Waduk Selorejo. Dalam waktu singkat, menu makan malam pun ludes tak bersisa.
Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan sharing tentang bagaimana memberikan ulasan yang baik dan benar. Ini untuk mengingatkan kembali local guide yang sudah cukup lama bergabung, dan juga tambahan ilmu bagi local guide yang baru bergabung pertama kalinya. Di sela-sela acara sharing session, peserta antusias bertanya tentang hal-hal yang pernah dialaminya berkaitan dengan kontribusi melalui Google Maps. Saring session menjadi lebih lengkap, ketika mas Nowo, local guide yang juga pemateri di Gapura Digital, menambahkan perlunya kita semua menjaga originalitas foto yang kita upload ke dalam Google Maps. Touching ringan seperti mengedit kecarahan dan kontras dalam batas wajar masih diperbolehkan. Namun edit foto menjadi kolase, poster dan semacam itu tidak disarankan untuk diupload di Google Maps. Sharing session berakhir jam 9 malam. Beberapa local guide yang tidak menginap, berpamitan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.
Minggu pagi, bersamaan dengan matahari terbit, peserta mulai bersiap-siap. Pagi itu, telah disiapkan menu sarapan nasi pecel lengkap dengan lauk pauk. Kami sarapan bersama-sama sambil menikmati pemandangan waduk dengan latar belakang perbukitan yang masih berkabut. Sungguh pemadangan alam yang indah dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Setelah sarapan usai, kami berkumpul untuk persiapan acara selanjutnya. Acara pagi itu adalah menjelajahi kawasan Wisata Selorejo sampai ke Spillway yang berjarak tempuh sekitar 2 kilometer. Dari camping ground, kami menyeberang lewat jembatan Selorejo. Dari sini, kami menyusuri tepi waduk yang cukup rindang. Di sepanjang rute yang dilalui, tidak lupa peserta berburu foto kawasan Wisata Selorejo. Setelah lewat kilometer pertama, kami harus melewati jalan raya di atas waduk yang cukup terik, tidak ada pepohonan sama sekali. Sesampainya di bangunan Intake sebelum Spillway, satu per satu peserta duduk berteduh di atas rerumputan. Lega rasanya bisa berteduh di cuaca panas yang cukup menguras keringat. Setelah semua peserta terkumpul, kami memasuki kawasan Spillway. Hanya ada satu petugas saat kami datang, dan menjelaskan maksud kedatangan kami. oleh petugas, dijelaskan apa dan bagaimana cara kerja bangunan Spillway ini. Beberapa peserta juga diberi kesempatan untuk masuk ke pagar pengaman dan memotret pintu air raksasa yang ada di bawah. Pengalaman yang cukup berharga bagi kami bisa mengetahui secara lebih detail tempat ini.
Setelah mendapatkan cukup informasi, kami pun beranjak untuk berjalan kembali menuju camping ground. Untungnya, mas Bayu datang dengan membawa mobil, sehingga anak-anak dan beberapa peserta wanita yang terlihat kelelahan, bisa menumpang mobil. Sesampainya di Taman Wisata Selorejo, kami menyempatkan mampir ke area Festifal Kopi. Beberapa peserta berbelanja jajanan tradisional yang dijual khusus pada hari itu. Sesampainya di camping ground, kami beristirahat sambil menikmati jajanan yang kami beli tadi. Beberapa peserta tampak lelah berbaring di atas rerumputan. Sebagian peserta yang masih bersemangat, diajak mas Bayu untuk showing kamar-kamar Hotel Selorejo, sambil dijelaskan tarif dan fasilitasnya.
Setelah puas berburu foto di Selorejo Hotel, kami pun mengakhiri meet-up selama dua hari ini. Meski terasa enggan untuk berpisah, kami berpamitan kepada mas Bayu untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing. Acara dua hari ini sungguh luar biasa, dan akan menjadi pengalaman yang membahagiakan semua peserta. Terima kasih kepada semua local guide yang sudah berkenan hadir. Jangan kapok ya untuk kembali bertemu di meet-up berikutnya.