Puisi Haul 9 KH Abdurrahman Wahid Bersama GUSDURian Kota Batu

John F Kennedy, orang Amerika itu, bersenandung dalam sebuah bait :
“Jika politik itu kotor, puisi yang akan membersihkannya. Jika politik itu bengkok, sastra yang akan meluruskannya”. Puisi dan sastra hadir untuk membasuh rasa, mengasah empati. Mengembalikan fitrah manusia pada kelembutan hati dan kesantunan etika.

Menulis puisi tidak cukup dengan menata kata dan meramu diksi, tetapi yang jauh lebih penting bagaimana puisi itu sanggup menjadi oase nilai di tengah gurun pasir politik yang gersang. Demikian pula dalam bersastra. Kasusastraan meninggi kualitasnya, menjadi mahakarya peradaban manusia, ketika ia menjadi karya yang abadi yang sarat dengan panduan nilai.

Tengoklah Serat Jayabaya, sebuah puisi sekaligus karya sastra abadi, yang didalamnya manusia dikritik secara sinis dan kemanusiaan ditinggikan. Tengok pula Mahabarata dan Ramayana, dua epos karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai etik.

Artinya, ketika politik bersetubuh dengan gurita kebencian dan dendam, itu adalah tanda bahwa zaman sedang memanggil para penyair untuk menulis puisi tentang cinta dan pemaafan. Atau, ketika politik menjauh dari cita-cita awal Republik didirikan, itu adalah hasrat zaman agar lahir sastrawan dan sastrawati yang menulis cerpen, prosa atau roman tentang etika bernegara dan be-republik.

Adalah celaka sebuah bangsa yang politiknya kotor, tetapi tidak lahir dari bangsa itu penyair yang membersihkannya. Adalah celaka sebuah bangsa yang politiknya bengkok, tetapi tidak lahir sastrawan yang meluruskannya.

Lebih celaka, jika puisi dan sastra digubah hanya untuk mencela, menuduh, menyindir dan menyebar fitnah. Politik dalam bangsa itu akan semakin keruh tak bertepi, semakin bengkok sulit diluruskan.

Puisi dan sastra bukan lagi alat untuk memuliakan kemanusiaan ; tetapi menjadi alat meneguhkan kekuasaan. Dan, tentu saja, puisi yang takluk pada politik kekuasaan ia tidak layak disebut puisi ; Ia hanyalah propaganda berisi kata manis. Pun, sastra yang menghamba pada politik kekuasaan juga tak layak disebut karya sastra, ia hanyalah tulisan indah untuk melanggengkan tirani.

Pada akhirnya, menjadi pecinta puisi dan sastra berarti mencintai manusia dan kemanusiaan, mencintai politik kemanusiaan bukan politik kekuasaan.

Pun, Pramoedya Ananta Toer, satu-satunya sastrawan Indonesia yang - sejauh ini - nyaris meraih hadiah Nobel sastra :

“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tetapi tanpa mencintai sastra, kalian hanya hewan yang pandai”

Maha pentingnya Puisi dan Sastra itulah yang menjadi alasan panitia Haul Gus Dur ke-9 di kota Batu diselenggarakan dengan parade puisil, musik, dan Tari. Musik dan tari merupakan bagian dari sebuah karya sastra.

Dari Haul Gus Dur ke-9 di kota Batu, 20 Januari 2019, kami hendak memberi kabar pada Indonesia “Mari berpuisi dan bersastra untuk politik kita yang gelap dan nir-kemanusiaan”. Tema “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan” membawa pesan itu.

Pendopo Ngaglik, 20 Januari 2019

17 Likes

Alhamdulillah akhirnya bisa ikut acara Haul Gus Dur.Acaranya menarik.

2 Likes

@ahmadjazuli Terimakasih telah mengundang kami dalam acara keren ini.
Semoga jalinan persaudaraan sebangsa dan setanah air, tanpa sekat budaya dan keyakinan yang berbeda, bisa menjadikan Indonesia lebih maju peradabannya. Semoga.

Beberapa foto lainnya bisa disimak di SINI

3 Likes

Hai @ahmadjazuli ,

Terimakasih atas postingan yang kamu bagi, sangat menarik… Kemanusiaan memang lebih utama dari politik.

4 Likes

terima kasih atas kehadirannya

1 Like

terima kasih

1 Like

Halo @ahmadjazuli ,

Terima kasih sudah berbagi cerita dari acara ini, sangat menarik melihat masih ada acara yang mengangkat mengenai puisi. Apakah ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di Kota Batu?

2 Likes

Thank you for being allowed to be a part of this event … and poetry gets its proper place as a record of the testimony of events and facts that happened from time after time

2 Likes

Pentas Pusi dan Sastra dalam rangka memperingati Haul Gus Dur baru kali ini dilaksanakan oleh GUSDUrian Kota Batu

2 Likes

Hi @ahmadjazuli ,

Greetings from the Bangladesh Local Guide!

Thanks for sharing the excellent event with us.

Thanks again.

#LetsGuide

6 Likes

Dalam acara tersebut, kebetulan saya sempat merekam Tari Sufi dalam format video 360 derajat, yang dibawakan oleh anak-anak salah satu pondok pesantren. Sungguh satu tarian yang luar biasa, dengan diiringi lagu religius, para penari berputar berulang-ulang seperti planet-planet yang berotasi mengelilingi matahari. Di ujung tarian, salah satu penari sempat tersungkur. Mungkin pusing. Tapi, seandainya saya ikut menari, baru beberapa putaran saya pasti sudah tersungkur berkali-kali. Salut buat para penari.

1 Like

Thanks you

terima kasih atas kehadirannya