PENAFIAN: Ini adalah opini pribadi saya. Setiap peserta boleh jadi memiliki pendapat yang berbeda.
_______
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V edisi daring, tirakat berarti menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang), atau mengasingkan diri ke tempat yang sunyi. Mengapa seseorang perlu bertirakat? Ada yang berpendapat agar lebih bisa menahan diri, atau merenung atas sesuatu di kala ia memisahkan diri sejenak dari riuh dunia luar.
Salah satu waktu yang banyak dipilih orang untuk bertirakat adalah pada malam sebelum hari peringatan kemerdekaan Indonesia. Di malam ini banyak orang yang bertirakat, menghadiri acara tirakatan, untuk kembali mengenang apa makna kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus ini, bagaimana kemerdekaan ini telah diperjuangkan, serta dengan apa kemerdekaan ini mesti diisi ke depannya.
Lokasi tirakatannya macam macam. Ada yang memilih bertirakat di taman taman makam pahlawan, di gang gang kampung duduk di hamparan tikar tikar pandan, hingga yang lebih modern lagi mengadakan tirakatan secara virtual di layanan pertemuan daring seperti Google Meet, misalnya.
Seperti halnya komunitas Indonesia Local Guides (ILG). Pada Senin (16/8) malam komunitas anak kampung sini (akamsi) ini menggelar acara malam tirakatan yang bertajuk “Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides” secara daring di layanan pertemuan Google Meet. Tercatat ada lebih dari 90 orang Local Guides dari seluruh penjuru Indonesia (bahkan Amerika Serikat) yang menghadiri pertemuan yang berlangsung dari pukul 19.00 - 23.00 WIB ini. Konon, ini adalah pertemuan daring terlama yang pernah dihelat komunitas ini.
“Aku left ga kuat mata,” tulis salah seorang peserta tirakatan di grup percakapan Malang Local Guides (MLG) di jam 22.06 WIB. Ya, selain mengikuti acara tirakatan daring ini secara langsung, saya juga menyempatkan diri memberikan laporan pandangan mata di grup percakapan MLG agar rekan rekan yang belum berkesempatan mengikuti pertemuan ini bisa tetap merasakan seperti apa keseruan acaranya dari waktu ke waktu.
Ah, enggak. Aslinya saya cuma gabut saja. Terlebih ini adalah pertemuan daring di komunitas ILG yang pertama kali saya ikuti. Jadi, memupuk bawang saja dulu, lah.
TIRAKATAN SESI I: TECH TALK (19.00 - 20.35 WIB)
PELAKSANAAN Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides dibagi ke dalam tiga sesi dengan agenda kegiatan berbeda pada tiap sesinya. Sesi pertama pertemuan dipandu oleh duo pembawa acara Farhan (Jakarta) dan Nyai Nurjanah (Sukabumi).
Namun sebelum sesi pertama resmi dimulai, pukul 19.10 WIB tirakatan dibuka dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya yang diikuti oleh seluruh peserta pertemuan dengan sikap sempurna. Setelah itu di layar besar ditampilkan video profil komunitas ILG yang dibuat dengan menggabungkan dokumentasi kegiatan komunitas selama ini. Pada sesi pembukaan ini pula diumumkan apa saja hadiah pintu (doorprize) yang telah disiapkan panitia. Dan jumlahnya: puluhan! Mirip seperti jumlah hadiah di pertandingan panjat pinang, balap karung, dan makan kelereng di kampung saya.
Pukul 19.20 WIB Agoes Santosa selaku sesepuh komunitas memberikan lima menit sambutan. Ia bercerita tentang bagaimana pertemuan daring malam tirakatan ini diinisiasi. Menurutnya, tak hanya ia sendiri yang memiliki gagasan untuk mengadakan pertemuan ini, melainkan juga dibantu oleh Mahendra, Rahmat, dan beberapa rekan Local Guides lainnya.
Menyusul kata pembukaan oleh Agoes Santosa, pukul 19.25 WIB beberapa peserta secara bergantian menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan. Ada Tarsidin (Bandung), Brian (Batu/Banyuwangi), Anik (Samarinda), dan Binar (Yogyakarta). Yang menarik adalah apa yang disampaikan oleh Anik. Menurutnya, saat ini komunitas Local Guides Samarinda hanya diisi oleh 2 orang, yaitu dia dan suaminya sendiri.
Mendengar ini di dalam hati saya hanya bisa berkata: “Wkwkwkk…” Sebuah cerita yang rasa rasanya tidak terlalu asing dengan komunitas MLG sendiri. Konon, menurut salah seorang Admin, komunitas ini pun dulunya diawali oleh 4 orang pendiri yang saling bertukar nomor kontak. Hingga akhirnya tahun tahun berlalu dan tercatat anggota komunitas MLG saat ini telah mencapai 200an orang Local Guides dari Malang Raya. Sugoi!
Setelah sambutan, pada pukul 19.35 WIB pertemuan dilanjutkan dengan penyampaian materi utama sesi, yakni Tech Talk, bincang teknologi, yang dipandu oleh Miftahul Iman (Tangerang). Miftah, demikian ia biasa dipanggil, menyampaikan materi seputar kecanggihan teknologi dan fitur fitur terkini Google Maps. Di antaranya fitur aksesibilitas, fitur mengikuti profil seseorang Local Guides di Google Maps, memproduksi gambar 360 dari ponsel, hingga fitur yang sekarang sedang naik daun Road Mapper.
Tentang fitur Road Mapper ini Miftah bercerita tentang pengalamannya melakukan road mapping di jalanan dan tempat parkir di sekitar kantornya di Tangerang hingga menambahkan jalan akses di tengah area perkebunan dan persawahan. Miftah tentu cocok sekali membawakan materi ini, karena selain Local Guides level 7, ia adalah sekaligus anggota Komunitas Bantuan Google Maps, Admin komunitas Tangerang Local Guides, serta Road Mapper Contributor dari Indonesia.
Pukul 19.55 WIB, kejutan! Ternyata selain ada materi tentang fitur fitur terkini Google Maps tersebut di atas, pada sesi ini juga ada materi tingkat lanjut tentang forum Local Guides Connect (Connect). Materi ini disampaikan oleh tidak lain dan tidak bukan sang Moderator Connect kawakan dari Indonesia, Nunung Afuah!
Dan yang lebih mengejutkan keempat Moderator Connect dari Indonesia ternyata lengkap hadir pada Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides malam ini, yakni Nunung Afuah, Felyciana, Nyai Nurjanah, dan Indah Nuria. E ayam, ayam, ayam…
Kak Nunu, demikian Nunung Afuah biasa dipanggil, membagikan materi seputar apa hal yang paling sering ditanyakan pengguna di Connect (frequently asked question; FAQ), bagaimana cara mencari teman di Connect, cara menghindari karantina spam dari kecerdasan buatan Google di Connect, serta apa prosedur yang bisa dilakukan pengguna apabila dirinya ditangguhkan keanggotaannya dari program Google Local Guides.
“Tunggu dulu 10 hari baru mengajukan formulir banding ke Google Maps. Dan selama waktu 10 hari itu juga sebaiknya digunakan untuk membersihkan profil dari konten konten yang (diduga) telah melanggar kebijakan Google, seperti misalnya foto foto selfie,” tuturnya.
Sayangnya ketika menyampaikan materi ini jaringan internet yang digunakannya nampak mengalami sedikit masalah. Ndet ndet.
Setelah penyampaian materi, selanjutnya dibuka sesi tanya jawab yang berhadiah uang elektronik untuk satu orang penanya beruntung. Padesso (Bandung) menjadi peserta yang beruntung untuk mengajukan pertanyaan. Ia bertanya, atau lebih lebih tepatnya berkeluh kesah, tentang bagaimana berbedanya forum Connect yang ada sekarang dengan Connect di masa beberapa tahun yang lalu.
Saat itu, katanya, Connect lebih terasa seperti sebuah forum komunikasi dari, oleh, dan untuk Local Guides dengan raja raja kecil di ruang ruang forumnya yang dibagi berdasarkan bahasa/domisilinya (barangkali mirip seperti forum Kaskus yang legendaris itu). Sehingga kala itu pola komunikasinya terasa lebih gayeng, berbeda dengan Connect sekarang yang topik topik percakapannya lebih didasari atas kesamaan hobi.
Atas pertanyaan ini Kak Nunu menanggapinya sebagai sebuah masukan yang akan ia sampaikan pada pertemuan para Moderator.
Memungkasi Tirakatan sesi I, pada pukul 20.20 WIB diadakan sesi bagi bagi doorprize yang dimenangi oleh Local Guides Fakhriy dan Nur Annisa. Lalu pukul 20.30 WIB di layar besar diputarkan video ucapan selamat memperingati kemerdekaan Republik Indonesia dari Local Guides negeri sahabat, seperti Malaysia, Kenya, Pakistan, Meksiko, dan lain sebagainya.
“Miftah, Jessi jangan sampai lolos!” tulis Fakhriy Dinansyah di kolom komentar. Ciee…
TIRAKATAN SESI II: VIRTUAL PHOTOWALK (20.35 - 22.10 WIB)
MEMASUKI Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides sesi II, pukul 20.35 WIB dilakukan pergantian pembawa acara. Dari semula Farhan dan Nyai digantikan oleh duet Jeanny (Bali) dan Angga Angkasa (Bali). Pertemuan sesi kedua ini diisi dengan agenda virtual tour (atau lebih tepatnya virtual photowalk) oleh kontributor Local Guides dari berbagai daerah di Indonesia. Tercatat ada 8 Local Guides yang mengisi sesi ini bergantian.
Namun sebelum sesi kedua ini dilaksanakan, pada pukul 20.38 WIB terlebih dahulu diputarkan di layar besar video ucapan selamat kemerdekaan Republik Indonesia dari kontributor/perserta pertemuan yang hadir. Dan yang tak disangka sangka, musisi dr. Tompi dan Kaka Slank ternyata ikut memberikan ucapan selamatnya di video ini. Luar biasa! Kudos untuk kontributornya!
Tapi, eh, tak hanya itu! Tahukah kalian bahwa di video ini Jeanny (Bali) adalah satu satunya Local Guides yang menyampaikan ucapan selamatnya dalam bahasa isyarat Indonesia? Saya saja menghapalkan lagu "Sebelum Cahaya"nya Letto dalam bahasa isyarat sudah setengah mati susahnya. Apalagi ini!
Tepat pukul 20.44 WIB sesi virtual photowalk pun dimulai. Diawali oleh Local Guides Anik Setyawati (Samarinda) yang mengajak peserta pertemuan untuk berjalan jalan ke Kalimantan Timur. Ia menunjukkan, di antaranya, betapa kerennya lokasi wisata Puncak Batu Putih di sana. Di latar belakang samar terdengar alunan magis alat musik sape.
“Bentar, bentar. Pakai dulu seat beltnya!?” tulis Local Guides Septi Kurniasih di kolom komentar.
“Antigen dulu, nggak?” tulis Nissa Isma tak mau kalah.
…
Selanjutnya pukul 20.48 WIB disusul video profil tentang jembatan terkenal di Palembang oleh Local Guides Muhammad Sadeli. Pukul 20.52 WIB giliran Local Guides Adriansyah Putra yang mengajak peserta tirakatan berjalan jalan ke Benteng Marlborough di Bengkulu, pukul 20.58 WIB diajak berperahu di Danau Toba oleh Local Guides Lucia Siregar, berpindah ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk sekadar cicip cicip (fotonya) kerupuk basah, bubur pedas, pisang goreng, kwetiaw, bersama Local Guides Deri Sandra pada pukul 21.06 WIB, lalu menikmati sejuknya hamparan perkebunan teh Kaligintung dan Embung Tlogopucang di Temanggung, Jawa Tengah, bersama Local Guides Khusnul pada pukul 21.11 WIB, menyelam di perairan Lampung melihat lumba lumba bersama Local Guides Indah Nuria pukul 21.15 WIB, dan finish di Tugu Jambi yang disajikan dalam rupa video 360 bersama Local Guides Agung.
Lelah? Sama! Saya tak bikin mi rebus dulu, ya?
Setelah lelah diajak bervirtual photowalk ke berbagai kota di Indonesia, pukul 21.25 WIB pun acara Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides memasuki sesi puncaknya. Sesi memorial, peringatan peristiwa bersejarah, moment to remember. Tak tanggung tanggung, kali ini empat orang pendekar Local Guides gaek pun turun gunung! Ada Agoes Santosa, Padesso (Bandung), Brian (Batu/Banyuwangi), dan FX Budi (Bogor) yang bercerita tentang kenangan masa kecil mereka memperingati detik detik kemerdekaan Republik Indonesia.
“Wah…, dari BLG. mBandung, mBogor, mBatu!” tulis Local Guides Devi Dimitra Maksum di kolom komentar.
Brian, misalnya. Ia bercerita tentang kenangan masa kecilnya di mana ia sering ikut prosesi malam renungan/tirakatan semalam suntuk, yang akhirnya keesokan paginya ketika ia mesti mengikuti upacara bendera ia masih dalam keadaan mengantuk. Sebuah cerita yang sangat relate dengan kebanyakan dari kita, bukan?
Setelah Brian, giliran FX Budi yang membagikan ceritanya. Jadi, ketika kecil dulu, ia sering ikut pawai obor berkeliling kampung untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia. Ia bercerita bahwa pengalaman itu seru sekali, dan memberi banyak kenangan untuk dirinya. Lalu yang terakhir bercerita adalah Padesso. Ia bercerita tentang bagaimana masa kecilnya dulu ketika ia baru pindah ke tatar Sunda dan sempat mengalami sedikit gegar budaya karena perbedaan bahasa. Menarik.
Lalu setelah selesai sesi Moment to Remember, tepat pukul 22.00 WIB pembawa acara Jeanny dan Angga mulai membagi bagikan hadiah pintu untuk #ngademintimlin.
TIRAKATAN SESI III: BAGI BAGI HADIAH PINTU (22.10 - 23.03 WIB)
LHA, ini! Pukul 22.10 WIB adalah waktu yang ditunggu tunggu. Waktunya bagi bagi hadiah pintu untuk seluruh peserta yang beruntung! Atau yang setidaknya diberuntung beruntungkan! Sesi ketiga acara Tirakatan Virtual Meet Up Indonesia Local Guides langsung diambil alih oleh pembawa acara fenomenal Duo Gudir, yakni Local Guides Budiono, Devi Dimitra, dan Sri Sedono (lha kok tiga orang?). Mereka membagi bagikan doorprize, yang puluhan jumlahnya itu, kepada peserta yang hadir dengan cara yang tak disangka sangka. Disebar, diuwur uwur begitu saja seperti legenda Kakek Bunga Sakura di Jepang.
“Tapi wong sing turu gak usah ditakoni; peserta yang tidur/tidak aktif tidak usah ditanya (mau hadiah atau tidak),” ujar Budiono.
Setidaknya ada 3 kategori lomba untuk bagi bagi hadiah pintu malam ini, yakni hadiah untuk peserta dengan kostum daerah terbaik (misalnya kostum orang ronda), cerdas cermat tentang profil Local Guides, serta cerdas cermat tentang Google Maps. Karena jumlah hadiah masih banyak sementara jumlah peserta yang belum kebagian hadiah makin sedikit, pembawa acara pun sampai memohon mohon agar peserta yang belum kebagian hadiah bersedia mengangkat tangan untuk diberikan pertanyaan trivial (misalnya malam ini tanggal berapa) dan diberikan hadiah. Hadiahnya ada kaus dan masker, paket kecantikan, saldo uang elektronik, serta paket kudapan basreng istimewa dari sponsor.
“Biasanya kalau acara kehabisan hadiah, ini malah sampai kehabisan pertanyaan (karena) hadiahnya belum habis habis,” tulis Jeanny di kolom komentar.
Karena hari sudah semakin larut dan jumlah peserta yang masih bertahan semakin berkurang, maka tepat pukul 23.00 WIB pun Local Guides Jay Nall membacakan doa penutup. Persis 3 menit kemudian sesi doa penutup selesai dan peserta mulai dihus hus oleh panitia untuk segera meninggalkan tempat karena acara sudah selesai.
Secara keseluruhan, berdasar apa yang saya rasakan, ini pertemuan daring Local Guides yang sangat menarik. Acaranya padat, bertabur hadiah, dan gayeng. Hanya saja, pengalaman bermeet up seperti ini, hanya akan bisa dirasakan maksimal kesannya oleh Local Guides yang memang sudah sejak lama aktif dan berinteraksi dengan Local Guides peserta pertemuan. Karena, disadari atau tidak, tidak sedikit peserta yang entah untuk alasan apa memilih untuk menyimak saja jalannya acara, pun keluar masuk ruang pertemuan (dengan mengecualikan yang jaringan internetnya kurang baik) tanpa berinteraksi lebih jauh. Mungkin, ini cuma mungkin, hal yang sedemikian adalah karena sebagian besar peserta sudah terbiasa bersama, sehingga lupa untuk mencari tahu apakah ada di antara peserta yang belum terbiasa bersama. Newbie? Orang orang baru? Jadi pelajaran berharga untuk diri saya pribadi.
Terima kasih semuanya. Rame sekali. Salam dari Malang.