Mengenal Masjid Kiai Ageng Imam Puro Ponorogo

Masjid Kiai Ageng Imam Puro atau secara singkat dikenal dengan sebutan Masjid Imam Puro terletak di Dusun Danyang, Desa Sukosari, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Masjid yang didirikan pada tahun 1778 oleh Kiai Imam Puro beserta para santri ini masih eksis hingga sekarang

Bangunan masjid sudah direnovasi beberapa kali, pada tahun 1850 dan 1960. Renovasi terakhir dimulai tahun 2019 dan baru selesai 5 tahun kemudian. Bentuk bangunan tetap dipertahankan seperti aslinya namun ukurannya diperbesar.

Kubah Masjid Imam Puro mengadopsi bangunan rumah khas Jawa berbentuk limas segi empat dengan atap genteng tanah liat, seperti genteng yang digunakan pada bagian lain

Ada beberapa bagian yang tetap menggunakan aslinya hingga sekarang, seperti mimbar berukir, pintu utama serta jendela di sebelah kanan kiri pintu utama, yang semuanya terbuat dari kayu jati solid.

Untuk bedug, rangka kayunya masih menggunakan kayu yang sama sejak masjid dibangun, hanya saja bagian kulitnya sudah diganti beberapa kali karena lapuk termakan usia. Tiang bedug juga masih menggunakan tiang aslinya yang juga terbuat dari kayu jati solid.

Struktur rangka atap masjid pada bangunan utama dan serambi, termasuk 4 tiang bangunan utama setinggi 17 meter, semuanya terbuat dari kayu jati solid yang pencariannya memakan waktu bertahun-tahun karena memerlukan kayu jati besar berusia ratusan tahun dengan bentuk yang lurus

Sumur tua di samping kiri masjid juga masih dipertahankan sampai sekarang namun diberi penutup demi keamanan dan kebersihan, bahkan airnya yang disedot menggunakan pompa air listrik, masih dimanfaatkan untuk wudhu dan keperluan lainnya, namun strukturnya sudah diperbaiki dengan batu bata baru supaya lebih kuat. Untuk berjaga-jaga jika listrik mati, ember bertali untuk mengambil air masih terikat di tiang sumur.

Ruangan utama dan serambi Masjid Imam Puro mampu menampung sekitar 1000 jamaah. Didukung dengan tempat parkir sepeda pancal, motor dan mobil yang luas di halaman depan masjid yang teduh oleh pohon sawo kecik dan mertega (bisbul) yang usianya sama dengan usia masjid

Tempat wudhu dibangun terpisah di sisi selatan masjid. Dilengkapi dengan beberapa toilet yang bersih dan puluhan kran untuk wudhu

Untuk aksesibilitas, Masjid Imam Puro dilengkapi dengan jalan akses miring (ramp) untuk jamaah berkursi roda, dilengkapi dengan pegangan tangan terbuat dari pipa besi tahan karat sebagai pengaman

Sejak awal dibangun hingga sekarang Masjid Imam Puro tidak dilengkapi dengan menara. Pada jaman dulu menara digunakan untuk tempat mengumandangkan azan. Makanya dibuat sangat tinggi supaya suara azan terdengar hingga jauh. Kemudian setelah lahirnya teknologi pengeras suara, menara difungsikan untuk tempat menaruh pengeras suara.

Nah, sudah beberapa tahun terakhir pengeras suara di Masjid Imam Puro ditaruh di sebuah menara telekomunikasi yang berada di sisi selatan tempat wudhu. Boleh juga idenya!

Seperti umumnya masjid kuno di Jawa, di bagian barat Masjid Imam Puro terdapat makam pendiri masjid, yaitu Kiai Imam Puro beserta generasi penerus imam masjid yang sudah wafat. Warga sekitar masjid dulunya juga bebas dimakamkan di sana. Namun karena lahan makin terbatas, sekarang hanya yang dianggap memiliki peran penting bagi perkembangan masjid saja yang boleh dimakamkan di sana

Makam Kiai Imam Puro juga menjadi salah satu destinasi wisata religi di Ponorogo. Biasanya setelah berziarah ke makam Kiai Imam Besari di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, yang merupakan kakek dari Kiai Imam Puro, para peziarah melanjutkan berziarah ke makam Kiai Imam Puro dalam satu paket perjalanan wisata religi

Ada satu hal unik di Masjid Imam Puro yang menjadi catatan saya. Yaitu setiap Sholat Id, baik Idulfitri maupun Iduladha, selalu disediakan bertandan-tandan pisang matang yang digantung di bagian depan serambi masjid. Pisang ini bebas dimakan siapa saja setelah rangkaian Sholat Id yang biasanya memakan waktu 1 jam lebih. Lumayan untuk mengganjal perut!

11 Likes

Beautiful Mosque

2 Likes

Hi @BudionoS
Its wooden structure, well, and prayer hall are sign of peace and it seems to be old enough.
Thanks for sharing this beautiful place of worship.
Warm Wishes,
Rizwan

2 Likes

thank you @Trishatishu

2 Likes

Thank you. Honestly, this writing was inspired by you Bro @rizbab28 who very often shares historical places here in Connect. Hopefully I can be as consistent as you. Also encouraged by @NunungAfuah who was interested in the bananas that I shared in the MUN4 committee group. Thank you

4 Likes

very interesting story. I wanted to visit!!!

2 Likes

Hi Brother @BudionoS
I am sure you will enjoy as historical places connects us. Once you are connected then you can live that era to which that heritage belongs.
Warm Wishes,
Rizwan

1 Like

Very nice photos and narration congratulations, brother. :türkiye::folded_hands::innocent:

Thank you @Yulochka you are very welcome to visit

thank you Bro @rizbab28 for your kind words and suggestion

1 Like

thank you @vahit.ipek for your compliments

1 Like

You’re welcome, brother.

1 Like