LGCTM #KontenRaMutu: Atribusi Nama Bisnis

Akhir tahun seperti ini adalah waktu yang cocok untuk berburu diskon. Ah, tidak. Maksudnya: Berburu lokasi-lokasi di Google Maps (points of interest; POI) yang memberikan atribusi tambahan pada nama bisnisnya.

Menurut aturan di laman bantuan Google (https://support.google.com/maps/answer/7084895?hl=en&ref_topic=3257381), untuk mengedit nama suatu tempat/bisnis, maka nama yang bisa dicantumkan di Google Maps adalah “…nama resmi dari tempat tersebut, yaitu nama yang digunakan di etalase atau situs. Jangan tambahkan komentar tambahan di kolom nama.”

Nah, agaknya momen akhir tahun seperti sekarang ini dimanfaatkan beberapa (oknum) pengelola POI untuk menambahkan atribusi tambahan pada nama bisnis mereka di Google Maps. Mungkin mereka melakukan ini untuk mempromosikan promosi terbaru bisnis mereka.

Ketikkan kata “diskon” pada kolom pencarian di Google Maps, niscaya Anda akan jumpai bejibun POI yang menambahkan atribusi diskon pada nama bisnis mereka.

Praktik seperti ini tentu menyalahi aturan Google untuk mencantumkan nama bisnis di Google Maps sesuai dengan nama resmi bisnis tersebut. Sebagai seorang Local Guides tidak terkenal dari Jawa Timur, daripada di hari Sabtu (12/12/2020) begini tidak ngapa-ngapain, lebih baik mengupayakan untuk mengedit nama-nama bisnis yang tidak sesuai dengan aturan Google Maps tersebut.

Dengan menggunakan metode “seek-and-destroy,” di hari Sabtu ini kami berhasil menemukan puluhan nama bisnis yang kami duga menambahkan atribusi/komentar di luar nama resmi bisnis tersebut pada nama lokasi mereka di Google Maps. Kebanyakan dari tempat-tempat ini mencantumkan atribusi “diskon” dan “diskon akhir tahun.”

Setelah memeriksa nama resmi bisnis tersebut melalui foto etalase tempat tersebut yang termuat di Google Maps, kami bisa menentukan apakah nama yang mereka gunakan di kolom nama tersebut resmi ataukah menggunakan atribut/komentar tambahan. Kemudian coba mengedit dengan menyesuaikan pada nama resminya.

Upaya ini tentu bukan tanpa kendala. Karena beberapa dari POI tersebut ternyata sudah berstatus GMB. Edit yang dilakukan pada POI-POI yang berstatus GMB hanya akan sia-sia. Disetujui belum tentu, capek mengetik dan memeriksa foto etalasenya iya. Oleh sebab itu kami memilih untuk mengabaikan saja POI-POI semacam ini. Toh masih banyak POI lain non-GMB yang bisa diedit.

Sampai artikel ini ditulis, status pengajuan edit kami sebagian besar, kalau tidak seluruhnya, pending. Ya, sudah, ditunggu saja. Toh status pengajuan edit kami pada layer Pasar Besar Malang sejak beberapa bulan yang lalu masih belum juga disetujui kendati, konon, sudah banyak pengguna Google Maps di kota Malang yang protes. Apalagi cuma edit yang diajukan belum sehari. Sabar.

Dalam proyek Map Editing seperti ini tentu tidak perlu semuanya dicari, semuanya dibetulkan sebagaimana mestinya. Satu-dua tempat berhasil ditemukan, diedit, dan syukur-syukur disetujui oleh Google, cukuplah.

Sepintas ini nampak seperti sebuah sumbangsih yang remeh dan tak berarti. Tapi jangan salah, seorang Local Guides seperti Anda (iya, Anda!) bisa membuat perubahan di lingkungan tempat tinggal Anda. Bayangkan kalau apa yang Anda lakukan ini dilakukan oleh jutaan Local Guides yang tergabung di program ini bersama-sama. Tentu akan diperoleh peta (Google Maps) yang bersih dan terbebas dari #kontenramutu , bukan? Local Guides Clean The Map!

Salam diskon akhir tahun!


6 Likes

Halo mas @iorikun301 thanks sharingnya. Insightful banget :+1:t2: saya baru noticed ada yang seperti itu.

Project “seek and destroy” (salah satu lagu favorit saya dari Metal*ica :sunglasses: ) map editing di hari Sabtu ini efektif yaa. Puluhan yang diperbaiki sebagaimana semestinya, walau music menunggu approval. Maju terus pantang mundur … Salut :ok_hand:t2:

1 Like

Hai, Bu @doc_dells

Terima kasih apresiasinya.

Konten-konten aneh macam begini di Google Maps memang banyak sekali pake banget. Hanya tinggal dicari dengan metode LGCTM-nya Pak Jan dan/atau kata kunci yang tepat. Kami di Local Guides Malang secara berkala berusaha “membersihkan” peta kota kami (dan sekitarnya) dari beragam #KontenRaMutu seperti itu. Tapi ibarat kata pepatah: Mati satu tumbuh seribu, konten-konten yang tidak sepatutnya ada di Google Maps akan tetap muncul.

Tapi lumayan, lah, buat nambah-nambah poin biar cepat naik level. Hahaa… :smile:

2 Likes

Hai @iorikun301 dan @doc_dells .

Luar biasa, map editing butuh kesabaran dan tekad.

Tetap semangat.

1 Like

Betul, Pak @BudiFXW . Untuk melakukan map editing memang dibutuhkan kesabaran dan tekad. Serta, ini yang orang sering lupa, pengetahuan sebagai “anak kampung sini.” Hihii…

1 Like

Aha @iorikun301 dan @doc_dells .

Local Guides memang idealnya diterjemahkan sebagai Akamsi, anak kampung sini dari pada pemandu lokal.

Akamsi bisa punya sudut pandang lebih luas dan ngga formal terstruktur tapi efektif.

1 Like

Tapi jadi ketahuan umurnya, dong, Pak @BudiFXW ? Hahaa… :smile:

1 Like

Ha ha ha?

You are right @iorikun301 .

Tapi selepas pandemi Covid -19.

Bakal jadi kebanggaan soal umur yang bisa survive @iorikun301 .

Bener begitu bu @doc_dells .