Keraton Kasunanan Surakarta adalah salah satu kerajaan yang masih eksis sampai sekarang di Indonesia. Berbeda dengan Keraton Yogyakarta yang berstatus daerah istimewa, Keraton Kasunanan Surakarta hanya memiliki fungsi melestarikan budaya tanpa ada kekuasaan politik. Meskipun begitu, cerita sejarah keraton Surakarta tidak kalah menarik untuk ditelusuri.
Keraton Kasunanan Surakarta merupakan kelanjutan dinasti Mataram Islam pasca jatuhnya Keraton Kartasura akibat peristiwa geger pecinan tahun 1742-1743. Sinuwun Pakubuwono II menganggap dengan dikuasainya Keraton Kartasura oleh pemberontak maka keraton sudah kehilangan kewibawaannya, sehingga perlu dipindahkan ke tempat lain. Terdapat tiga pilihan waktu itu antara lain” Desa Talawangi (sekarang kawasan Sriwedari), Desa Sonosewu (dekat Bekonang), serta Desa Sala. Dengan berbagai pertimbangan baik natural maupun supranatural, akhirnya dipilihlah Desa Sala sebagai lokasi keraton baru. Keraton Kasunanan Surakarta selesai dibangun dan mulai digunakan tahun 1745.
Secara umum, Keraton Surakarta memiliki tiga bagian utama yaitu kedaton, kuthonegara, dan mancanegara. Kedaton adalah bagian inti istana dari keraton Solo dan dibatasi oleh Benteng Cempuri dengan kuthonegara, sedangkan kuthonegara adalah permukiman kerabat keraton di antara Benteng Cempuri dan Benteng Baluwarti serta bagian luar benteng yang disebut mancanegara. Baluwarti sendiri diserap dari bahasa Portugis baluarte yang berarti benteng. Dikarenakan lidah Jawa sulit melafalkannya, akhirnya terjadi penyesuaian pengucapan menjadi baluwarti. Pembahasan akan berfokus pada tempat-tempat menarik di kawasan kuthonegara atau sekarang bernama Kelurahan Baluwarti.
- Kori Kamandungan
Apabila Anda memasuki kawasan Keraton Surakarta dari arah utara, selepas melewati Jl. Supit Urang maka Anda akan berada di area yang bernama Kori Kamandungan. Secara harfiah, kori memiliki arti “gerbang” sedangkan kamandungan berasal dari kata “mandeng” yang berarti berdiam. Hal ini bermakna sebelum bertemu dengan raja kita harus berdiam terlebih dahulu di gerbang depan untuk introspeksi mengenai pakaian dan penampilan yang dipakai sudah pantas atau belum. Salah satu hal unik di Kori Kamandungan ini adalah adanya cermin berukuran besar di dinding untuk bercermin sebelum bertemu raja.
Di area Kori Kamandungan, nampak jelas sebuah bangunan menjulang yang disebut Panggung Sanggabuwana. Panggung Sanggabuwana dipercaya sebagai tempat bertemunya raja dengan penguasa pantai selatan yaitu Kanjeng Ratu Kidul yang mana letak panggung ini satu garis lurus dengan jalan raya ke arah Wonogiri yang seterusnya mengarah ke pantai selatan tempat Kedaton Ratu Kidul.
- Kampung Tamtaman
Kampung Tamtaman adalah salah satu kampung di Kelurahan Baluwarti. Kampung ini terletak di sebelah timur Museum Keraton Surakarta. Toponimi Tamtaman sendiri berasal dari nama prajurit Tamtama. Kampung ini pada zaman dahulu adalah tempat tinggal prajurit Tamtama Keraton Kasunanan Surakarta. Di depan Museum Keraton Surakarta terdapat patung Sinuwun Pakubuwono VI yang menghadap timur ke Kampung Tamtaman. Sayangnya semenjak Keraton Kasunanan Surakarta kehilangan kekuasaan politik, kampung ini berangsur-angsur ditempati oleh masyarakat non-prajurit tamtama.
3. Kampung GondorasanToponimi Gondorasan berasal dari dua kata yaitu gondo yang berarti bau dan rasa. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu kampung ini adalah tempat memasak untuk menyediakan hidangan bagi petinggi keraton maupun jamuan tamu keraton. Kampung Gondorasan ini difokuskan untuk “dapur bersih” untuk penyiapan makanan petinggi keraton maupun ritual kebudayaan, sedangkan untuk penyiapan makanan bagi prajurit terdapat di Kampung Sekulangen.
4. Kori MaganganKori ini adalah gerbang selatan Keraton Kasunanan Surakarta. Tidak ada istilah depan-belakang di Keraton Kasunanan Surakarta. Gerbang utara dapat berfungsi sebagai gerbang depan, sedangkan gerbang selatan sebagai gerbang belakang maupun sebaliknya. Yang jelas, orientasi Keraton Surakarta adalah utara-selatan. Hal ini dikarenakan terdapat sumbu filosofis antara keraton dengan pantai selatan.
Salah satu hal unik dari Kori Magangan adalah hanya jenazah raja yang boleh melewati gerbang ini, sedangkan jenazah kerabat keraton maupun abdi dalem yang meninggal di dalam kawasan keraton harus melalui pintu barat atau timur.
5. SMK Kasatriyan SurakartaSekolah ini cukup bersejarah karena tempat bersekolahnya kerabat keraton terutama anak dari raja baik dari permaisuri maupun selir (garwa ampil). Selain kerabat keraton, masyarakat umum pun boleh menempuh pendidikan di sekolah ini. Salah satu hal unik adalah jalan di depan sekolah yang menjorok ke dalam. Hal ini dikarenakan di masa lalu pinggiran jalan tersebut digunakan sebagai tempat parkir kereta kuda yang mengangkut kerabat keraton yang bersekolah di sini. Untuk mengakomodasi parkir kereta kuda tersebut, jalan di depan dibuat menjorok agak parkir kereta kuda tidak mengganggu arus lalu lintas.
6. Sasana KamulyanBangunan berarsitektur joglo ini pada proses pembangunan keraton berfungsi sebagai tempat singgah pekerja dan tempat menaruh material bangunan selain di Ndalem Mloyokusuman dan Purwodiningratan. Ndalem Purwodiningratan ini juga disebut keraton alit karena sebagai tempat tinggal raja sementara selama proses pembangunan keraton.
Di sebelah timur Sasana Kamulyan terdapat sebuah bangunan yang dahulu difungsikan sebagai tempat penampungan tahanan politik G30S/PKI, bahkan bangunan joglo Sasana Mulya dulu disekat-sekat untuk penampungan tahanan politik tersebut. Bangunan Sasana Kamulyan cukup terawat dan saat ini difungsikan sebagai tempat pernikahan kerabat keraton.
Sekian tulisan dari saya semoga bermanfaat dan memberikan inspirasi travelling bagi rekan pembaca semua. Kritik dan sarannya agar penulis lebih baik lagi ke depannya di forum Connect sangat ditunggu dan diharapkan. Terima kasih.