Pertengahan bulan yang lalu, tepatnya tanggal 12 Februari 2022, ada ajakan dari salah satu komunitas pariwisata di Kabupaten Kuningan untuk meramaikan salah satu obyek wisata alam yang akan segera dibuka, yaitu Curug Bobokan. Salah satu pencetusnya adalah Kopi Waja Kuningan. Berjarak kurang lebih 30 kilometer dari tempat saya tinggal di Kuningan, lokasi curug ini bisa ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam lebih. Menurut info yang saya terima, apabila bernavigasi memakai Google Maps, dipastikan akan kesasar ke kampung sebelah. Ini semakin menguatkan saya untuk berkunjung ke tempat tersebut.
Setelah mengemas perbekalan ke dalam ransel, lengkap dengan tenda, sleeping bag, kamera, dan perlengkapan lainnya, saya berangkat menaiki sepeda motor. Jalan yang akan saya lalui tergolong baru, dan saya hanya berpedoman pada Google Maps. Perjalanan cukup menyenangkan, melalui jalan-jalan pedesaan yang sepi dan naik turun, menyusuri jalan Desa Cibinuang, Desa Nangka, Desa Longkewang, dan Desa Rambatan. Di desa ini, saya singgah sebentar ke semacam spot wisata yang sepertinya sudah tidak ada pengelolanya, bernama Pasir Pari. Tempatnya cukup tinggi, dimana kita bisa melihat jalan desa di bawahnya. Lumayan bagus untuk bersantai sambil menikmati pemandangan. Sayang, cukup banyak sampah di sekitar lokasi. Saya pun bergegas segera melanjutkan perjalanan, melewati pasar Desa Ciniru, hingga sampai di Desa Cipedes. Di satu persimpangan setelah di ujung desa yang berbatasan dengan sawah, saya sempatkan bertanya kepada penduduk untuk memastikan apakah jalan yang saya lalui benar menuju Curug Bobokan. Ternyata saya bertanya di saat yang tepat. Jalan yang akan saya lalui mengarah ke Dusun Karangbaru Desa Cipedes. Sedangkan pintu masuk ke curug adalah di Dusun Cisalak Desa Cipedes. Saya tinggal belok kiri sekitar 200 meter untuk kembali ke jalan yang benar.
Jam 2.30 siang, akhirnya saya sampai di ujung Dusun Cisalak yang berbatasan dengan Sungai Cisetra. Tidak nampak penunjuk jalan untuk parkir kendaraan atau gapura pintu masuk menuju lokasi. Setelah saya bertanya kepada warga setempat, ternyata jalan masuknya memang tidak kentara, dan harus mundur sedikit ke jalan dusun. Warga yang saya temui menawarkan untuk beristirahat di rumahnya sambil menunggu peserta lain yang juga akan camping di Curug Bobokan. Saya memilih untuk melanjutkan perjalanan, sekalian bisa beristirahat di lokasi. Di antar oleh salah satu warga, saya berjalan menyusuri jalan setapak, dengan menggendong ransel dan tas kamera yang cukup berat. Kurang dari 30 menit, saya sampai di lokasi. Di sini, saya disambut oleh pak Agus Setiawan atau yang lebih dikenal dengan Mang Aja yang merupakan pengelola tempat ini, ditemani oleh Mang Yusuf dan Mang Pi’i. Di tempat ini, Mang Pi’i bersama istrinya mendirikan warung sederhana yang menyediakan kopi, kelapa muda, indomie, gorengan dan nasi liwet yang bisa dipesan terlebih dahulu. Setelah puas menikmati kelapa muda, saya bergegas mendirikan tenda. Tanpa perlu waktu lama, tenda pun berdiri dan saya bisa beristirahat sepuasnya.
Sekitar jam 5 sore, datanglah rombongan dari Kopi Waja Kuningan. Mereka adalah Ekoy, Sule, dan Ica, bersama rombongan pemuda dusun Cisalak yang bermalam di tempat ini. Sungguh beruntung, tenda yang saya dirikan tepat menghadap air terjun, sehingga saya bisa menikmati keindahannya setiap kali duduk di dalam tenda atau di luarnya. Ditemani Mang Aja yang bercerita tentang asal-usul Curug Bobokan sambil menikmati minuman hangat. Entah kenapa, malam itu saya tidak merasa dingin sama sekali. Bahkan cenderung gerah. Dengan hanya memakai celana pendek, saya berinisiatif berendam di air terjun untuk mendinginkan badan. Sungguh menyegarkan. Setelah puas mendinginkan badan, saya bergabung ke depan tenda Ekoy dkk untuk menikati suguhan kopi Waja. Waw, nikmatnyaaa, sambil berbagi cerita pengalaman seru ketika menjelajahi tempat-tempat wisata alam di Kuningan. Entah sudah berapa lama bercerita, berapa suguhan, semuanya mengalir santai, hingga tiba saatnya beristirahat. Saya tidur di tenda tanpa memakai sleeping bag, karena hawanya memang tidak terlalu dingin. Puas sudah petualangan sehari itu.
Kesesokan harinya, bangun tidur, saya langsung berburu foto dan video di sekitar lokasi Curug Bobokan dan juga Sungai Cisetra dengan lapisan bebatuan purba tegak dan miring yang tahun lalu disurvey oleh Tim Pemandu Geowisata Indonesia dalam rangka menggali potensi geowisata di Desa Cipedes. Setelah puas berburu foto dan video, dan menyantap sarapan sambil menikmati keindahan Curug Bobokan, kami mulai mengemasi tenda masing-masing. Setelah semua peralatan dikemas rapi dan tidak ada sampah yang tertinggal, beriringan kami mulai meninggalkan tempat yang indah ini dan saya abadikan perjalanannya dalam video 360 berikut ini. Sepanjang jalan, terbersit angan-angan untuk kembali lagi ke tempat ini, mungkin bulan depan, atau setelahnya. Semoga, akan selalu ada kesempatan untuk kembali berkunjung ke Curug Bobokan.
Salam, Brian