PERJALANAN menarik bersama teman-teman dari Jakarta, Bekasi, Depok Local Guides ketika menghadiri undangan Meetup Explore Pulo Geulis, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pagi itu, cuaca Kota Bogor awalnya sedikit gerimis dan mendung. Namun perlahan gerimis hilang dan cuaca cerah. Seperti lagu Arie Lasso, salah satu penyanyi Indonesia.
Jujur. Saya sering melewati rute jalan yang akan dilewati. Terkadang jalan kaki, naik sepeda motor atau naik mobil. Tapi tidak pernah merasa bosan. Apalagi semenjak ada smarthphone, hobi foto dan upload ke google maps ke titik tertentu, sekaligus memberikan ulasan sesuai dengan sudut pandang saya.
Berangkat dari rumah, saya menggunakan jasa ojek online ke Taman Topi. Rencananya saya akan menunggu teman-teman dari Jakarta, Depok dan Bekasi di sini. Sambil menunggu mereka, saya menikmati kopi lokal Bogor. Kopi Liong yang banyak dijajakan di sekitar Taman Topi. Tak berapa lama, saya bergabung dengan @Nadyna29 dan @ndraverne yang menunggu tak jauh dari titik saya berada. Saya menemui mereka dan sepakat menunggu teman-teman di halaman Balaikota Bogor.
Perjalanan dimulai…
Kami lewati pedestrian di jalan jalan Kapten Muslihat yang cukup lebar. Beberapa tonggak penghalang didirikan setinggi sekitar 1 meter dengan jarak 40 centimeter sebagai penghalang bagi sepeda motor yang akan lewat dan gerobak pedagang yang akan parkir. Duhh… Padahal, kalau saja tertib. Penghalang itu tidak harus ada.
Masyarakat pejalan kaki lebih leluasa.Setiba di halaman Balaikota Bogor, kami terkejut. Bangunan dan eksterior sedang dalam renovasi. Sebuah stagger berdiri tepat di tengah depan teras. Tadinya kami berpikir, lokasi ini sangat indah sebagai latar foto bersama. Ya sudahlah… Akhirnya kami foto di teras dan halaman dengan apa adanya. Tak berapa lama, teman-teman datang. Mereka sangat bersemangat tiba di halaman balaikota.
Mbak @Ddimitra dan @BudiFXW memanfaatkan moment ini dengan kamera 360. Sementara Ndraverne merekam dalam video. Tidak lama memang kami di sini. Sekitar 10 menit.
Dilanjutkan dengan menuyusuri jalur pedestrian seputar Kebun Raya Bogor. Kami menyeberang di zebra cross tepat dari depan Kantor Balaikota. Pagi itu, jalan Juanda sangat padat. Kendaraan pribadi, angkutan kota dan bus pariwisata menyatu. Lalu lintas di jalan raya padat merayap. Satu mobil wisata yang disediakan Pemerintah Kota Bogor penuh wisatawan melintas. Terkadang delman juga menyelip diantara kendaraan bermotor.
Pedestrian sisi barat dan selatan Kebun Raya Bogor yang kami lewati cukup lebar. Pejalan kaki dengan sangat nyaman melewati. Sesekali pesepeda melintas di jalur sepeda. Sementara tidak sedikit pengguna jalan yang kelelahan memanfaatkan tempat duduk yang ada di pedestrian. Sepanjang jalan dari Balaikota, kami menjumpai beberapa titik bangunan yang memiliki nilai sejarah. Sebut saja Gereja Zebaoth, Kantor Pos Bogor, Museum Sejarah Alam Indonesia, Museum Zoologi, Museum Tanah, Kampung Gudang, Pintu Utama Kebun Raya Bogor, Vihara Dhanagun, dan China Town jalan Suryakencana.
Sebelum belok kiri di sebuah tikungan, sebuah bangunan beridiri kokoh. Pada dinding luar, penuh dengan media luar ruang. Namanya Bogor Trade Mall. Dari dalam food court, kita bisa melihat Gunung Salak. Pada malam hari dan cuaca cerah, kita juga bisa melihat kerlap-kerlip lampu dari perkampungan jauh di sana.
Perjalanan kami sepanjang pedestrian penuh dengan canda dan tawa. Terkadang untuk mengurangi rasa lelah kami duduk di bangku pedestrian dari batu. Selepas melewati pedestrian di jalan Juanda, kami masuk pesestrian di jalan jalan Otto Iskandardinata (Otista). Hingga hampir penghujung rute, pada sebuah Jembatan Otista, kami menyeberang untuk masuk gerbang perkampungan Padasuka, salah satu akses menuju Pulo Geulis.
Perjalanan sejauh sekitar 3.3 kilometer ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam lebih. Tiba di Klentheng Pan Kho, Om Bram dan Mas Anggit sudah menunggu. Teman-teman yang baru tiba, sebagian ke kamar kecil yang bersih dan terawat. Ada dua buah toilet untuk pria dan wanita. Kami mendapat informasi seperti pada perjumpaan pertama. Waktu itu ada Sudiyah, Mas Dono, Mas Edi dan Pak Budi. Masyarakat Pulo Geulis sudah sejak lama hidup dalam perbedaan. Perbedaan keyakinan, suku dan agama. Namun mereka hidup dalam kerukunan. Perbedaan tidak bisa dipaksa harus sama. Perbedaan dalam satu wadah. Itu ada di Pulo Geulis. Unity in Diversity.
Terima kasih host Pulo Geulis Explore @MutiahA … Sampai jumpa pada Explore Bogor selanjutnya.
Salam Keragaman ~ Bhinneka Tunggal Ika.
FJoe