Hari ini,Minggu tanggal 27 Februari 2022 saya mengikuti sebuah open trip yang diadakan oleh tim Sabda Desa ( @desabersabda).Acaranya diberi nama Bentang Mataram. Sebuah acara jalan-jalan dan susur sejarah, yang bertujuan untuk semakin mengenal sejarah .Tidak untuk belajar urusan klenik maupun gaib.
Ada 4 lokasi yang menjadi destinasi kami .
Diantarnya :
1.Makam Kotagede
2.Situs Pleret
3.Situs Makam Ratu Malang
4.Situs Makam Banyusumurup
Jam 8 pagi saya sudah bersiap-siap berangkat. Karena acara hari ini cukup padat, saya menyempatkan diri untuk mampir di sebuah warmindo untuk membeli sarapan. Takut nanti semaput
Saya berangkat dari Mlati, Sleman menuju ke Kotagede. Kurang lebih jaraknya 22 km dan bisa ditempuh sekitar 36 menit.
Jam 9 tepat saya sudah sampai di lokasi. Awalnya sebenarnya acara hari ini kita berniat untuk berkumpul di halaman masjid. Tapi ternyata masjid sedang digunakan untuk acara pernikahan. Jadilah kita berkumpul di dekat tempat parkir.
Dan tidak lama acarapun dimulai.Mendengarkan briefing sebentar oleh Mas Syaeful dari Sabda Desa. Kita langsung memulai acara hari ini dengan mengelilingi seputaran masjid, melalui gang kecil di kampung sekitar masjid kotagede. Di luar tembok komplek makam.
Setelah berkeliling kitapun memasuki komplek makam .Untuk menuju komplek makam kita harus melewati 3 buah gapura yang menurut saya sangat indah. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang dihiasi dengan ukiran.
Sebagai peninggalan kerajaan Mataram Islam, tentu saja Kotagede sangat menarik untuk dikunjungi.
Masjid Kotagede, rumah tradisional berarsitektur Jawa Mataram, sisa reruntuhan benteng dan makam pendiri kerajaan Mataram.
Komplek makam kotagede dijaga oleh beberapa abdi dalem yang berbusana adat Jawa. Dan sayapun baru mengetahui ternyata abdi dalem tersebut berasal dari 2 wilayah, Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Lalu dijelaskan juga oleh abdi dalem tentang perjanjian Giyanti .Yang secara resmi membagi kekuasaan Mataram kepada Pakubuwana III( Kasunanan Surakarta) dan Pangeran Mangkubumi( Kesultanan Yogyakarta) .
Lalu kemudian ada perjanjian Salatiga. Berdasarkan perjanjian tersebut Mataram dibagi menjadi 3 yaitu Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta dan Mangkunegaran.
Dan berikutnya Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi 2 ,yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Untuk wilayah kekuasaan Pakualaman berada di Adikarta ( Adikarto) yang sekarang menjadi Kulon Progo. Kemudian munculah istilah Sultan Ground ( SG) dan Pakualaman Ground ( PAG) . Silakan dikoreksi untuk penulisannya Ground atau Grond.
Masih di komplek makam juga terdapat sendang Seliran. Antara makam dan sendang dihubungkan sebuah gapura. Dan karena posisi sendang lebih rendah, dari gapura kita harus menuruni undak-undakan ( anak tangga).
Setelah dari sendang kita pun bergegas untuk menuju ke lokasi selanjutnya di daerah Pleret.