“Man wanted a home, a place for warmth, or comfort, first of physical warmth, then the warmth of the affections.”
Henry David Thoreau, Walden
|
|| - |
|
Pemandangan langit cerah diatas permukiman Kost
|
Rumah adalah tempat yang hangat. Rumah adalah tempat kembali. Rumah adalah tempat dimana seluruh kenangan terkumpul. Sebagai seseorang jauh yang akan atau telah tercabut dari kebudayaanya, tentunya merindukan suasana-suasana lingkungan yang lama. Tetangga yang reseh, teman-teman tongkrongan, maupun perasaan suasana yang melekat.
Masuk ke Universitas Diponegoro membuatku tercabut dari hal tersebut, masuk ke dalam kebudayaan baru, atmosfer baru, suasana baru. Disini orangnya ramah-ramah, sesuai yang dituliskan dalam berbagai macam artikel.
|
|| - |
|
Pemandangan langit Kost disaat mendung
|
Nge-kost
Lingkungan yang ku pilih adalah lingkungan Baskoro, nama lingkungan tersebut diambil dari Nama Jalan Baskoro. Namun banyak yang berkata bahwa yang tepat adalah lingkungan Galang Sewu Raya, dikarenakan diambil dari nama Jalan yang sebenarnya.
Disini aku ngekost dikamar yang tak bernomor. Percayalah bahwa dari awal memang tidak diberi nomor, namun ketika yang kamar lain sudah diberi nomor, kamarku masih belum diberi nomor pula, makanya aku beri nama kamar 0 “kosong”.
Kehidupanku lebih banyak diluar kost dan dihabiskan oleh kegiatan organisasi. Sampai saat ini aku telah mencoba enam organisasi dalam satu periode. Bisa dibilang bahwa hobiku adalah organisasi. Maka dari itu jarang sekali orang menemuiku di kos-an. Kos-an bagiku hanya sebagai tempat tidur, tidak lain dan tidak bukan.
|
|| - |
|
Depan Halaman Kamar Kost
|
Ada beberapa hal yang kurang aku suka terkait kost-an ku salah satunya tidak ada beranda untuk bersantai di sekitar kamar dan tidak ada tempat yang luas untuk mencuci pakaian. Tapi aku suka dengan kosan ini, karena letaknya yang sangat dekat dengan Fisip Undip, yang lebih aku suka lagi adalah makna dan kenangan~.